BAB 4

9.4K 1.4K 24
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 4
PERSIAPAN UNTUK NANTI

Kurangi mengeluh.
Lihatlah! Di bawah sana, ada banyak orang yang diberi ujian lebih berat darimu.
Jadi, jangan lupa ucapkan,
Alhamdulillah.
~Carlista Rona~

Carlista Rona, gadis yang menyelesaikan S1 Manajemen dalam waktu tiga tahun itu, cukup terkenal dengan ambisinya yang tinggi. Dia tidak akan lengah begitu saja sebelum semua tujuannya tercapai. Sifatnya yang itu, dia terapkan dalam perjuangannya melawan penyakit.

Buktinya, setelah pemeriksaan kemarin, hari ini Lista kembali ke kantornya. Dia tidak peduli dengan kondisinya yang belum baik, ada banyak hal yang harus dia urus di kantor sebelum cuti untuk fokus dengan pengobatannya.

"Pagi, Mbak Arlin," sapanya pada resepsionis di bagian depan. Tapi, resepsionis itu hanya diam sambil memperhatikan Lista dari atas hingga bawah.

"Mbak?"

"Halo, Mbak Arlin?"

Resepsionis itu pun tersadar dari pikirannya yang sibuk sendiri. Dia menatap Lista lekat.

"Mbak Lista?" tanyanya tidak yakin.

Lista mengangguk. "Iya, ini aku Lista."

"Pak Erwin udah dateng?" lanjutnya bertanya.

"Sudah, Mbak."

Orang yang dipanggil Mbak Arlin itu tersenyum lebar. "MasyaAllah, sejak kapan Mbak jadi mualaf?"

Lista tersenyum tipis. "Dua hari yang lalu, Mbak."

"Ya udah, aku ke atas dulu, ya?" Arlin mengangguk. Lista pun melanjutkan langkahnya, memasuki lift.

"Semangat, Mbak!!" teriak Arlin sebelum pintu lift itu tertutup.

Lista tersenyum, dia mengepalkan tangannya setinggi kepala. "Siap, Mbak!"

Setelah lift tertutup, Lista tersenyum kecut di dalam sana. Mbak Arlin tidak tahu saja kalau waktunya di dunia tinggal sebentar. Tapi seperti kata mbak Arlin, dia akan terus semangat. Dia akan memanfaatkan sisa hidupnya sebaik mungkin.

Lista duduk di kursi kerjanya. Matanya menatap ke sekeliling ruangan yang selalu menemaninya hingga malam. Hari ini mereka akan berpisah, Lista mungkin akan lebih lama di ruang yang isinya mayoritas berwarna putih. Entah dia akan kembali duduk di kursinya lagi atau tidak. Dia menyerahkan semua ke Pemilik Kehidupannya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang