BAB 23

9.5K 1.3K 27
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Seidaknya untuk menghargai karya penulis.

Seidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 23
MULAI TERKUAK

Jika memang sudah tidak ada harapan
Bukankah kita hanya perlu menunggu keputusan-Nya?
~Carlista Rona~

Hari ini Lista tengah duduk di kursi teras sambil menikmati udara segar di pagi hari. Rizal sudah berangkat kerja, tanpa pamitan dengannya. Lista kini tidak bisa mencium tangannya lagi. Tapi tidak apa-apa. Lista tidak akan memaksakan keinginannya lagi. Biarlah suaminya bertindak sesuai keinginannya sendiri. Suara wanita itu menyadarkan dia betapa terganggunya Rizal dengan keberadaannya. Jadi lebih baik Lista bertindak seperti orang yang menumpang di rumahnya, tidak perlu ikut campur dengan urusannya lagi.

"Kak Lista!"

"Lista!"

Lista tersenyum lebar saat mendengar dua suara memanggil namanya dengan sangat keras. Padahal tidak perlu sekeras itu dia juga pasti dengar. Dasar mereka memang suka seperti itu, membuat kehebohan. Siapa lagi kalau bukan Chanan dan Reza. Mereka kalau sudah bersatu, bisa-bisa gendang telinganya jebol. Bercanda, tidak separah itu. Lista justru senang, hari ini dia pasti akan mendapat hiburan. Lista pun melambaikan tangannya dengan pandangan mata yang kosong.

"Kalau di luar itu pakai jaket. Nggak nyadar kalau udah nggak punya lemak, ya?" Chanan menyampirkan jaketnya ke punggung Lista.

Lista terkekeh. "Alhamdulillah ya, lemakku hilang. Padahal dulu sampai diet mati-matian biar bisa hilang."

"Makanya, harus bersyukur. Sekarang mampus kan, jadi hilang semua."

"Jahat banget, Bang, ngomongnya," sahut Reza. Laki-laki itu menunjukkan wajah memelasnya.

"Biarin, ngeyel sih dibilangin dari dulu."

Lista bukannya sakit hati, dia malah tertawa. Apa yang dikatakan Chanan memang benar. Tapi Lista tahu, Chanan tidak serius dengan ucapannya. Laki-laki itu tidak pernah lelah untuk bercanda. Apalagi Lista pernah bilang kalau dia rindu lawakannya, jadi dia harus siap kalau laki-laki itu melawak dengan mengejek dirinya.

"Kalian ke sini mau ngapain? Aku nggak punya makanan buat menjamu kalian loh."

Chanan menonjok pelan lengan Lista. "Sembarangan! Emang yang mau puasa kamu doang? Kita juga puasa kali."

"Beneran Bang Chanan puasa? Kok tadi nangis? Udah batal kali, Bang," balas Reza.

"Kamu nangis kenapa, Chan?"

Chanan langsung menjitak kepala Reza dengan kesal. Dia menatap tajam adik dari sahabatnya itu. Kenapa Reza malah membeberkan rahasianya. Awas saja nanti, tidak akan dia antarkan pulang.

"Bukan nangis, orang tadi kelilipan." Chanan menjitak kepala Reza lagi. "Nangis juga nggak batalin puasa kali, kecuali kalau kamu nelen air matanya, baru batal."

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang