BAB 21

9.5K 1.4K 41
                                    

Jangan lupa, tinggalkan jejak dengan vote, dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis 😊

Setidaknya untuk menghargai karya penulis 😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 21
DIHANTUI MIMPI

Pada akhirnya hatimu bukanlah mainan yang bisa kubentuk sesuka hati. 
Jadi aku hanya bisa menerima perlakuanmu dengan ikhlas
~Carlista Rona~

"Aku berangkat dulu."

Lista yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung tersenyum saat mendengar kalimat itu. Rizal sudah mau bicara dengannya tanpa harus ditanya. Bahkan suaminya itu baru saja berpamitan berangkat kerja untuk pertama kalinya.

Lista menghentikan senyumnya, tiba-tiba dia teringat keinginannya yang belum tercapai. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk mengutarakan keinginannya pada suaminya itu.

"Zal, boleh aku minta sesuatu?" tanyanya hati-hati.

"Apa?"

"Kalau aku cium tangan kamu setiap berangkat dan pulang kerja boleh? Aku pengin belajar jadi istri yang baik. Ya walaupun sampai kapan pun aku nggak bisa."

Rizal tidak membalas perkataan Lista. Laki-laki itu justru tengah memandangi wajah istrinya dengan lekat. Otaknya terus bergerak, menerka-nerka apa yang sedang dilihat oleh mata Rizal saat ini. Mereka pun membawa Rizal pada memori ingatannya saat sahur tadi. Dan Rizal akhirnya sadar, sejak sahur sampai sekarang, wajah istrinya masih sama. Kulitnya pucat dan matanya terlihat sayu.

"Zal?" Panggilan Lista membuat Rizal tersadar dari lamunannya.

Lista menunduk sendu. "Nggak boleh, ya?"

"Boleh."

Satu kata yang keluar dari mulut Rizal mampu membuat Lista mengangkat kepalanya kembali. Bahkan sampai membuat gadis itu tersenyum lebar. Dia tidak menyangka Rizal mau menuruti keinginannya. Lista pun mengulurkan tangannya.

"Mana tangan kamu?"

"Rizal?" panggil Lista karena tidak mendapat jawaban.

Rizal mengulurkan tangannya dengan ragu. Dahinya langsung mengernyit saat merasakan suhu tubuh Lista, sepertinya dugaannya benar. Sedangkan Lista tersenyum lebar saat bisa merasakan tangan Rizal yang hangat, tidak seperti hatinya. Tanpa pikir panjang, dia membawa punggung tangan suaminya ke bibirnya yang pucat. Lista menciumnya lama, sebagai tanda hormat pada suaminya. Setelah dirasa puas, dia pun melepasnya.

"Hati-hati di jalan. Semangat kerjanya," ucap Lista.

"Hmm."

Lista tersenyum, kenapa Rizal suka sekali menjawab ucapannya hanya dengan gumaman. Padahal mengucapkan kata "iya" tidaklah sulit, sama-sama pendek. Rizal masih bisa menghemat suaranya. Mungkin karena bergumam sudah menjadi hobinya sekarang.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang