BAB 30

18.5K 1.7K 147
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 30
SURAT PERPISAHAN

Andai uang bisa ditukar dengan nyawa
Aku rela menjual semua hartaku agar bisa mengukir kenangan bersamamu lagi
~Rizal Pahlevi~

Setelah proses pemakaman istrinya selesai, Rizal berjalan menuju kamarnya. Saat dia membuka pintu, pemandangan yang dia lihat hanyalah kamarnya yang kosong tanpa penghuni. Air matanya menetes lagi. Kesedihannya saat ini melebihi kesedihannya saat kehilangan Raina.

Rizal menutup pintu kamarnya, setelah itu dia menguncinya. Rizal butuh waktu sendiri. Rizal pun berjalan menuju kasurnya dengan sempoyongan. Setelah sampai di kasur, dia langsung memeluk jilbab istrinya yang tergeletak di sana. Sekarang dia tidak punya teman tidur, dia tidak bisa memeluk Lista lagi. Rizal pun menangis tersedu-sedu. Walaupun Lista melarangnya untuk tidak bersedih lama-lama, dia tidak bisa. Air matanya selalu keluar tanpa diminta. Dia benar-benar kehilangan Lista, gadis yang sangat dia cintai.

Rizal teringat kata-katanya dulu yang pernah melukai Lista. Rizal sangat menyesal. Kenapa mulutnya bisa sejahat itu. Lista buta karena mendonorkan mata untuknya, tapi dia malah menuduh gadis itu pura-pura buta hanya untuk mendapatkan belas kasihannya. Dia menuduh Lista yang tidak suci, padahal gadis itu hanya tidak mau dia melihat tubuhnya yang sudah layu. Dia menuduh Lista yang bermain di belakang dengan Chanan, padahal Lista baru saja dirawat karena penyakitnya kambuh. Lista bahkan tidak mau memberitahukan penyakitnya hanya karena tidak mau dikasihani olehnya. Tapi Lista benar, jika dia memberitahukan semuanya sendiri, pasti Rizal tidak percaya, karena saat itu hatinya tengah tertutup oleh rasa benci. Tapi akibatnya dia terlambat mendapatkan kasih sayang darinya.

Setelah tangisannya berhenti, Rizal bangun dari tidurnya. Baru ditinggal beberapa menit yang lalu, dia sudah rindu dengan Lista. Rizal pun berjalan ke arah meja kerjanya. Dia ingin melihat video yang pernah direkam bersama Lista di laptop. Saat sedang menunggu laptopnya menyala sempurna, Rizal menemukan sesuatu yang aneh di laci meja kerja. Ada kertas yang terjepit di laci itu. Rizal pun membuka laci meja kerjanya.

Rizal mengambil kertas itu, kertas yang berisi ucapan perpisahan dari Lista. Dahinya mengernyit saat melihat tulisan acak-acakan yang ada di sana. Namun saat melihat namanya tertulis di sana, dia segera membaca tulisan itu hati-hati.

Untuk Rizal, suamiku.
Maaf kalau tulisanku tidak bisa dibaca.
Aku menulis ini dengan sisa tenaga yang aku punya.
Jadi seadanya saja, ya? 😊

Saat mengetahui Lista lah yang menulisnya, air mata laki-laki itu langsung menetes. Rizal pun melanjutkan membaca surat itu lagi.

Kamu tahu, Zal?
Aku pernah bermimpi menjadi istri dari seorang Rizal Pahlevi.
Namun, gara-gara kepergian Raina, impianku menjadi mustahil.
Tapi ternyata Allah masih mau mengabulkan mimpiku, kini aku menjadi istrimu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang