BAB 24

10.3K 1.4K 56
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 24
PERDEBATAN TENGAH MALAM

Cukup aku yang merasa bersalah, kamu jangan
Karena kamu juga korban dari kesalahanku
~Carlista Rona~

Setelah tahu Lista sakit, Bunda Haya memaksa untuk tinggal di sana, begitupun dengan Reza. Alasannya, dia tidak mau buka puasa dan sahur sendirian. Mau tidak mau Lista mengizinkan, bagaimanapun mereka keluarga dari pemilik rumah, mana mungkin dia tidak mengizinkannya. Mereka pun langsung memindahkan keperluan sehari-harinya ke sana. Karena mereka tidak hanya menginap, tapi tinggal di sana, entah sampai kapan.

Saat ini mereka sedang menunggu waktu berbuka puasa, tapi kepala rumah tangga mereka belum hadir di sana. Rizal belum juga pulang dari kerjanya. Lista tidak akan menghubungi dan mencarinya lagi. Biarlah Rizal sibuk dengan urusannya sendiri. Entah itu dengan pekerjaannya ataupun kegiatan lain.

Reza sudah berkali-kali menghubunginya, tapi tidak diangkat. Akhirnya Reza menghubungi sekretaris abangnya, ternyata Rizal sedang keluar kota, mengurusi proyeknya yang sedang bermasalah. Mereka pun memulai berbuka puasa tanpa Rizal.

* * *

Hari ini, setelah lima hari lamanya, akhirnya Rizal memunculkan batang hidungnya. Laki-laki itu sudah pulang ke rumah. Tapi Rizal masih saja dingin terhadap Lista, dan gadis itu tidak mempermasalahkannya. Karena Rizal tidak mengajaknya bicara, Lista pun begitu, dia tidak akan mengganggu Rizal lagi.

Seperti biasa, Lista tetap mengikuti salat tarawih walaupun sedang sakit. Dia berangkat ke masjid bersama bi Yuli dan Bunda Haya. Lista sangat bersyukur bisa memiliki mertua sepertinya. Padahal dia pernah melakukan kesalahan yang tidak termaafkan, tapi mertuanya itu tulus memaafkannya, bahkan rasa sayangnya tidak berubah.

Pulang salat tarawih, Lista langsung merebahkan dirinya di kasur. Seperti biasa, Lista mendengar murottal di ponselnya dengan earphone. Lista menyibukkan diri. Dia bahkan tidak menyapa Rizal yang sudah berada di kamar. Lista bisa tahu karena dia mendengar suara ketikan keyboard, jadi siapa lagi kalau bukan Rizal.

Tiba-tiba ada yang menepuk lengannya pelan. Lista pun segera melepas earphone-nya. "Siapa?" tanyanya.

"Bunda. Kamu belum minum obat, kan?" bisik Bunda Haya, takut didengar putranya.

Lista menggeleng, dia lupa karena ingin segera tiduran. Bunda Haya pun mengajaknya keluar. Dia membantu menantunya minum obat. Setelah itu dia mengantarkan Lista kembali ke dalam kamar.

"Kamu nggak capek dua puluh empat jam kerja terus?" tanya Bunda Haya pada anaknya. Tapi Rizal hanya menggeleng. Dengan cara itu dia bisa melupakan konflik batinnya.

Bunda Haya pun menghela napasnya panjang. "Istirahat, Zal. Jangan gila kerja, Bunda nggak mau kalau kamu sampai kayak ayah."

Rizal segera menghentikan ketikannya. Laki-laki itu terdiam sambil mengingat ayahnya yang tidak pernah berhenti kerja hanya untuk melupakan kesedihannya. Rizal tersenyum tipis. Rupanya dia mengikuti cara ayahnya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang