BAB 28

14.9K 1.5K 22
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 28
MALAM TAKBIRAN

Bersedihlah secukupnya
Karena di depan sana, sudah ada yang siap mencetak kebahagiaan untukmu
~Carlista Rona~

Hari ini adalah hari terakhir bulan Ramadan. Lista berhasil melewati bulan yang dinantinya selama ini dengan baik. Buta dan mengidap penyakit kanker tidak menjadi penghalang gadis itu untuk beribadah kepada Tuhannya. Lista tidak pernah meninggalkan puasanya, kecuali saat gadis itu dirawat pada awal-awal bulan Ramadan. Walaupun di akhir Ramadan dia tidak bisa ke masjid, tapi Rizal selalu siap sedia untuk menjadi imam salat wajib dan tarawihnya. Tidak hanya yang wajib, beberapa ibadah sunnah yang lain pun dia lakukan. Gadis itu sangat bersemangat berlomba-lomba dalam kebaikan.

Lista tersenyum lebar saat mendengar suara takbir yang berkumandang dari masjid dekat rumah. Jika bulan Ramadan telah berakhir, maka Hari Raya Idul Fitri sebentar lagi akan tiba, tinggal hitungan jam. Ingin sekali Lista merasakan kebahagiaan di hari kemenangan itu. Namun, gadis itu tidak yakin apakah bisa menjumpainya atau tidak. Tidak ada yang tahu sampai kapan dia masih bisa menghirup oksigen-Nya.

Jika saat ini kondisi batinnya sedang baik, maka tidak dengan kondisi fisiknya. Serangan dari kanker paru-parunya semakin menjalar hingga ke ujung jari. Gadis itu tengah kesakitan, tapi selalu berhasil menyembunyikan rasa sakitnya dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena bukan air mata kesakitan yang dia perlihatkan, tapi senyuman manis yang selalu tercetak di bibir pucatnya.

Entah mengapa, hari ini dia juga merasa tidak tenang. Dia tidak sedang dikejar sesuatu, tapi hatinya seperti sedang berlari-lari. Apakah ada yang sedang mengejar dirinya. Jika iya, siapa yang tengah mengejarnya. Tiba-tiba Lista tersadar akan sesuatu yang dia takutkan hingga membuat air matanya menetes.

"Sayang, kenapa nangis?"

Lista segera menghapus air matanya, suaminya sudah kembali, dia akan minum obat setelah ini. "Obatnya mana?" tanyanya mengalihkan.

Rizal menghela napas, kenapa istrinya itu mengalihkan pembicaraannya. Dia pun membantu membersihkan air mata yang masih tersisa di pipi pucat istrinya. "Jangan nangis lagi, cantiknya jadi berkurang tahu," ucapnya.

Lista tersenyum. "Apa aku masih cantik? Bukannya wajahku sekarang udah jelek, Zal? Apalagi sekarang nggak pakai make up."

Rizal mencium bibir istrinya gemas. "Sok tahu ini bibir, jadi gemes."

"Nyium kok nggak bilang-bilang sih, kaget tahu!" kesal Lista.

Rizal terkekeh. Dia mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup pipi istrinya yang tidak lagi cubby. "Kamu masih cantik banget, Sayang. Cuma kalau kamu nangis, cantiknya jadi berkurang. Makanya, jangan nangis lagi."

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang