BAB 10

11.1K 1.4K 53
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 10
DIA MENYERANG KEMBALI

Jika kesalahanku memang tidak bisa dimaafkan,
Maka aku akan menerima hukuman-Nya dengan ikhlas
~Carlista Rona~

Hari ini adalah hari ketiga Lista hidup dalam kegelapan. Gadis itu masih semangat menjalani hidupnya, karena delapan hari lagi dia akan berjumpa dengan bulan Ramadan. Semoga saja, karena itu adalah doa yang selalu dia panjatkan kepada Pemilik Kehidupan, bersama hewan malam yang menjadi saksinya.

Setelah dipertimbangkan dengan baik, akhirnya Lista mengiyakan permintaan Bunda Haya. Dia mau menikah dengan Rizal, menjalani sisa-sisa hidupnya bersama laki-laki yang dia cintai. Namun, jika Rizal menolaknya, maka dia tidak akan memaksa. Lista tidak mau membuat Rizal semakin membencinya.

Dan hari ini, Rizal sudah pulang dari rumah sakit. Kecelakaan Rizal tidak begitu parah, hanya cedera kecil dan kerusakan pada matanya, jadi dia sudah dibolehkan pulang. Bunda Haya pun membawa Lista ke rumahnya, hendak membicarakan pernikahan Lista dengan anaknya.

Setelah menuntun Lista untuk duduk di sofa, Bunda Haya meninggalkan Lista dan bi Yuli di ruang tamu, dia akan ke kamar anaknya. Karena sejak kematian Raina, laki-laki itu jadi tertutup. Bahkan saat di rumah, Rizal tidak pernah keluar kamar jika tidak ada urusan. Jadi dia harus memanggilnya terlebih dahulu jika ingin menemuinya.

Selang beberapa menit, akhirnya Bunda Haya dan Rizal datang ke ruang tamu. Dahi Rizal mengernyit, kenapa ada Lista di rumahnya. Tapi tetap saja, laki-laki itu masih menunjukkan aura dinginnya.

Rizal duduk di sofa samping, menghindari arah pandang Lista. Padahal Lista tidak bisa melihatnya, dan laki-laki itu belum menyadarinya.

"Ada apa ke sini?" tanyanya dingin.

Lista hanya diam sambil menggenggam tangan bi Yuli erat, dia tidak berani berucap. Mendengar suara dinginnya saja sudah takut, bagaimana jika nanti laki-laki itu meledakkan emosinya seperti dulu.

"Bunda yang mengajak Lista ke sini."

Rizal menoleh ke Bunda Haya yang berada di sampingnya. Lagi-lagi dahi Rizal mengernyit. "Ada apa Bunda bawa dia ke rumah?"

Bunda Haya menarik napasnya panjang. Semoga putra pertamanya itu bisa menerima keputusannya. Ditataplah mata anaknya dengan lekat.

"Bunda mau kamu menikahi Lista."

Rizal diam sejenak, mencerna ucapan bundanya. Setelah itu, dia tertawa kencang.

"Ngapain Bunda ngelawak? Nggak lucu, Bun," ucapnya setelah tawanya mereda.

"Bunda nggak lagi ngelawak, Rizal. Bunda serius. Bunda mau kamu menikahi Lista."

Rizal diam, hanya ada keseriusan di mata bundanya. Dia pun menatap Lista yang masih fokus ke depan. Rizal kemudian menarik sudut bibirnya sebelah.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang