BAB 6

9K 1.3K 32
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 6
BERTEMU KEMBALI

Manusia hanya bisa memprediksi
Karena Allah lah yang akan menentukan jalan hidup makhluk-Nya
~Muhammad Chanan Abraham~

Chanan langsung berlari kencang saat melihat bi Yuli mendatanginya dalam keadaan menangis, dia sangat panik. Dia pun membuka pintu ruangan Lista dengan kasar, gadis itu tengah terpejam dengan wajah pucatnya. Dengan cepat Chanan meletakkan punggung telapak tangannya di hidung Lista. Laki-laki itu langsung bernapas lega saat masih merasakan hembusan napas Lista. Syukurlah, Lista hanya pingsan, tidak seperti yang dia pikirkan.

Chanan segera memberikan perawatan agar kondisi Lista menjadi lebih baik. Walaupun dia masih menjadi dokter magang di tempat ayahnya bekerja, tapi dia menjadi bawahan ayahnya, jadi dia bisa terlibat dengan pengobatan Lista. Setelah dirasa cukup, Chanan pun keluar, dia membiarkan Lista untuk istirahat.

Lista terbangun saat azan subuh berkumandang. Gadis itu turun dari ranjang dalam keadaan lemas, efek dari kemoterapi masih terasa olehnya.

Lista berjalan ke toilet dengan tertatih. Dia berpegangan pada benda apapun yang bisa dia jadikan pegangan. Lista bisa saja minta tolong sama bi Yuli, tapi dia tidak mau. Bi Yuli terlihat sangat nyenyak, apalagi tadi malam pembantunya itu mengurus Lista hingga larut malam, jadi Lista tidak enak membangunkannya. Bi Yuli juga perlu istirahat.

Lista terus berjalan sambil berpegangan dinding saat toilet sudah di dekatnya. Gadis itu bernapas lega, akhirnya dia sampai di toilet. Setelah selesai berwudhu, dia pun keluar dari toilet.

Setelah menyelesaikan sholat subuh, Lista kembali tiduran di ranjang. Dia sedikit menaikkan ranjangnya, kemudian mengambil Al-Quran yang berada di meja. Walaupun baru menjadi mualaf, gadis itu sudah lancar membaca. Karena sebelum memutuskan masuk Islam, bi Yuli sudah mengajarinya hingga lancar. Lista bahkan tidak lupa untuk membaca arti dari ayat-ayat yang dibaca olehnya. Karena menurutnya percuma saat kita membaca ayat-ayat yang berbahasa Arab itu tanpa tahu artinya.

"Bi Yuli! Bangun, Bi!" panggil Lista setelah menyelesaikan bacaannya.

Bi Yuli langsung bangun, dia menoleh ke arah majikannya.

"Ada apa, Non?"

"Udah jam lima, Bi. Sholat subuh dulu."

Bi Yuli pun menepuk jidatnya. "Kok Non Lista baru bangunin sekarang? Non Lista udah sholat?" Lista mengangguk.

"Aduh maaf, Non. Harusnya Bibi yang bangun duluan," ucapnya tidak enak.

Lista langsung menggeleng. "Enggak papa, Bi. Udah sana sholat dulu!" Bi Yuli mengangguk. Dia pun segera mengambil air wudhu, kemudian menjalankan kewajibannya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang