Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.BAB I
AWAL YANG TIDAK TERDUGAApakah dosaku terlalu banyak hingga Engkau menginginkanku kembali secepat itu?
~Carlista Rona~Pagi ini udara terasa lebih sejuk dari biasanya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Mungkin karena langit sedang mendung, seperti hati dari seorang gadis yang tengah duduk di kursi depan rumahnya.
Gadis itu tersenyum sendu saat menatap foto yang terpasang di saku transparan dompetnya. Foto dirinya dengan seorang laki-laki. Di foto tersebut dia tengah tersenyum bahagia saat dirangkul bahunya oleh laki-laki itu. Begitupun dengan si laki-laki, dia juga tersenyum bahagia.
Namun, semua itu hanyalah sebuah kenangan yang tersimpan rapi di dalam memori ingatannya. Bahagianya sudah hilang sejak hilangnya Rizal Pahlevi, sumber tawa dan senyum bahagianya kala itu.
Sudah lima tahun lamanya dia tidak pernah bertemu dengan Rizal. Akibat kesalahannya di masa lalu, Rizal tidak mau bertemu dengannya lagi. Rizal memilih meninggalkan kota kelahirannya untuk menimba ilmu di kota orang. Andai gadis itu memiliki mesin waktu, mungkin dia akan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semuanya.
Gadis itu menutup dompetnya. Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit yang semakin mendung.
"Rizal, gimana kabar kamu sekarang? Aku kangen kamu Zal," ucapnya lirih.
Tess!
Selalu begitu. Setiap mengingat Rizal, air matanya tidak pernah absen untuk menetes. Gadis itu menunduk untuk mengusap air mata yang baru saja turun ke pipi.
"Maafin aku Zal," ucapnya lirih.
"Non Lista! Ayo berangkat sekarang!"
Panggilan tadi membuat gadis itu mengangkat kepalanya. Dia tersenyum ke arah Bi Yuli yang baru saja berucap, pembantu yang dia anggap sudah seperti ibunya sendiri. Gadis yang dipanggil Lista itu pun bangun dari duduknya. Dia merangkul lengan Bi Yuli.
"Ayo, Bi!"
Lista hendak melangkah pergi, tapi tidak jadi. Dia menoleh ke arah Bi Yuli yang tengah terdiam sambil meneliti wajah Lista.
"Non kok keringatan gitu? Non sakit?" tanya Bi Yuli.
Lista menggeleng. "Enggak Bi, Lista cuma gerah," bohongnya. Sedari tadi dia memang tengah menahan rasa sakit yang ada di dadanya.
"Tapi itu bukan keringat biasa Non, keringatnya besar-besar itu!"
Lista menggeleng. "Lista nggak papa Bi Yuli, beneran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadan Untuk Carlista
Literatura FemininaJudul Awal: The First and Last Ramadan [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [DON'T COPY MY STORY] Kenapa? Karena hukumnya haram sayang, 😉😊 karena ini murni hasil dari pikiranku sendiri, dan nyari idenya itu nggak gampang 😊 Carlista Rona, seorang ga...