Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.BAB 26
KEBAHAGIAAN DI UJUNG USIACinta dan benci
Dua kata berlawanan yang memberi efek sama
~Rizal Pahlevi~Pulang dari rumah sakit, Lista meminta mereka untuk mengatarkannya ke suatu tempat. Tidak peduli waktu masih sangat pagi. Dia harus segera ke sana secepatnya.
"Udah sampai?"
"Udah, Non."
Bi Yuli membantu Lista turun dari mobil. Sedangkan Reza dan bundanya masih sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mata mereka sudah berkaca-kaca saat sampai di tempat tersebut, tempat pemakaman Raina. Tapi tidak lama setelahnya, mereka mengikuti Lista dari belakang.
Lista meraba-raba makam Raina. Saat dia merasakan ukiran nama gadis kecil itu di batu nisan, Lista langsung meneteskan air matanya. Dia teringat betapa bahagianya mereka kala itu. Mereka sering main bersama. Raina selalu ikut ke mana pun dia dan Rizal pergi. Bahkan saat Raina pergi meninggalkan dunia, dia sedang main bersamanya dan Rizal.
"Assalamu'alaikum, Rai," sapa Lista dengan suara parau.
"Raina apa kabar? Kakak kangen banget sama kamu."
"Maafin Kakak, Rai." Air mata Lista semakin deras. Penyesalannya datang lagi.
"Bentar lagi Kakak akan nyusul kamu kok."
"Jadi, kalau kamu marah karena nggak bisa ketemu Bunda dan Kakak kamu lagi, nanti Raina bisa hukum Kak Lista di sana."
Lista menangis tersedu-sedu hingga dia terduduk lemas di tanah. Dia tidak sanggup menopang tubuhnya lagi dengan berjongkok. Gadis itu pun mulai membacakan doa untuk Raina. Setelah selesai, Lista mengusap batu nisan Raina lagi. Gadis itu tersenyum.
"Sabar ya, sebentar lagi kita bakal ketemu."
Ucapan perpisahan Lista membuat tangisan ketiga orang yang menyaksikannya semakin kencang. Air mata mereka kini mengalir deras. Tapi yang baru saja berucap justru sudah menghapus air matanya, dia tidak lagi menangis, hanya senyuman manis yang tercetak di bibir pucatnya.
"Bibi, bantu Lista berdiri," pintanya.
Bi Yuli segera membantu majikannya berdiri dengan hati-hati. Setelah Bunda Haya dan Reza mengirimkan doa untuk Raina, mereka pun pulang. Namun, saat sampai di rumah, kondisi rumah sudah sepi. Mobil Rizal tidak ada, laki-laki itu pasti sudah berangkat kerja.
Bunda Haya membantu Lista ke kamar dengan bantuan kursi roda. Mereka sudah sepakat untuk tidak menutupi penyakit Lista lagi. Begitupun dengan Lista. Setelah dibujuk lama, akhirnya gadis itu setuju. Tubuh Lista memang sudah sangat lemas, dia butuh kursi roda. Lagipula, usianya tidak lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadan Untuk Carlista
ChickLitJudul Awal: The First and Last Ramadan [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [DON'T COPY MY STORY] Kenapa? Karena hukumnya haram sayang, 😉😊 karena ini murni hasil dari pikiranku sendiri, dan nyari idenya itu nggak gampang 😊 Carlista Rona, seorang ga...