BAB 25

12.1K 1.4K 38
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 25
TINGGAL HITUNGAN HARI

Lebih baik berkonflik dengan manusia daripada dengan batinku sendiri
~Rizal Pahlevi~

Setelah perdebatan penuh air mata malam itu, Rizal memutuskan untuk tidak menginap di kantornya lagi. Tanpa diminta, laki-laki itu mau pulang ke rumah. Bahkan dia pulang sebelum waktu berbuka tiba. Namun, semua orang yang ada di rumah mengabaikannya, kecuali bi Yuli. Bagaimanapun dia hanya pembantu di sana, jadi dia tidak berani memusuhi majikannya.

Saat waktu berbuka puasa tiba, mereka langsung menuju ruang makan. Dan di sana terjadi keheningan, tidak ada yang berucap, hanya suara sendok dan piring yang beradu. Lista juga sibuk dengan makanannya sendiri. Gadis itu sudah menyerah mendapatkan hati Rizal kembali. Dia hanya perlu menunggu Malaikat Izrail menjemputnya. Reza yang biasa banyak tingkah pun tidak bisa diam begitu saja, dia sudah gatal untuk membuka mulutnya.

"Kak Lista, ayo besok main!" ajaknya.

Lista menelan makanan yang ada di mulutnya. "Ke mana?"

"Mm, di mana yang udaranya segar, ya? Ke Bogor gimana?"

Bunda Haya langsung menggeplak bahu anak keduanya. "Sembarangan kamu, Za! Nggak Bunda izinin. Bogor itu jauh. Kamu nggak kasihan sama Lista?"

"Maaf, Kak. Reza lupa." Reza langsung menunduk lemas. Apa yang dikatakan bundanya benar. Di rumah saja Lista kesakitan sampai harus banyak istirahat. Apalagi kalau mereka harus menempuh perjalanan jauh sampai di sana, bisa-bisa Lista pingsan lagi.

"Iya, nggak papa."

Rizal mengurangi kecepatan kunyahannya, dia menatap Lista yang tengah tersenyum. Tapi bunda dan adiknya terlihat khawatir. Dahinya mengernyit. Sebenarnya apa yang perlu mereka kasihani, bukankah mereka sudah biasa dengan kebutaan Lista.

"Mending kamu temenin aku ke suatu tempat, Za," ucap Lista.

Reza pun mengangkat kepalanya. "Ke mana, Kak?"

"Besok aku kasih tahu."

Reza mengangguk antusias. "Oke!"

Mereka pun melanjutkan makannya lagi, kecuali Rizal. Laki-laki itu justru tengah memandangi istrinya yang sibuk makan. Sejak dia pulang, Lista belum mengajaknya bicara. Istrinya itu terlihat sekali sedang mengabaikannya, Lista seperti tidak menganggap keberadaannya di sana.

Rizal pun meremat sendoknya kesal. Kenapa sekarang dia yang tidak terima karena tidak dianggap olehnya. Lista masih punya suami, seharusnya dia mengajaknya, kenapa harus mengajak adiknya. Apa gara-gara keributan kemarin malam Lista jadi marah padanya? Rizal terkekeh tanpa suara, istrinya itu pasti marah. Padahal Lista bukan marah. Gadis itu sudah menyerah. Dia tidak akan mengemis maaf dari suaminya lagi. Mungkin setelah dia pergi nanti, suaminya akan memaafkannya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang