BAB 9

8.6K 1.3K 38
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 9
TERINGAT KEMBALI

Aku baik-baik saja
Hanya penglihatanku yang hilang
Tangan dan kakiku masih ada
~Carlista Rona~

Coba sambil dengerin lagu
Kamu dan Kenangan 🎶

Hari ini adalah hari kedua Lista hidup di dalam kegelapan. Hari pertama dia lewati dengan bantuan dari bi Yuli sepenuhnya. Tapi hari ini, Lista ingin sedikit lebih mandiri. Dia tidak ingin membuat pembantunya semakin repot.

Gadis itu kini tengah duduk di ruang makan sambil memakan sarapannya dengan hati-hati. Dia belum terbiasa makan dalam kegelapan. Terkadang sendoknya bukan memasuki mulutnya, tapi bagian hidung bawahnya. Jadi dia harus hati-hati agar tidak semakin belepotan seperti anak kecil.

Bi Yuli sudah menawarkan diri untuk menyuapinya, tapi ditolak oleh Lista, dia masih mampu. Bi Yuli pun hanya bisa memperhatikan majikannya dengan tangisan dalam diamnya. Dia bahkan berbohong pada Lista kalau dirinya sudah makan. Bagaimana bisa dia menelan makanannya dengan baik sedangkan majikannya sedang kesulitan makan.

Ting Tong! Ting Tong!

Terdengar suara bel dari depan rumah. Bi Yuli pun segera menghapus air matanya, dia harus melihat siapa yang datang.

"Bibi ke depan dulu, ya? Non jangan ke mana-mana!" Lista mengangguk paham.

Menit demi menit berlalu, tapi bi Yuli belum kembali ke ruang makan. Di depan juga tidak terdengar suara bi Yuli maupun orang yang memencet bel rumahnya. Lista pun mengambil tongkatnya, dia berjalan ke ruang tamunya dengan hati-hati.

"Siapa, Bi?" Bi Yuli tidak menjawab pertanyaannya. Padahal Lista yakin kalau dia sudah sampai di ruang tamu, walaupun dia tidak melihatnya secara langsung.

"Bi Yuli?" panggilnya lagi. Lagi-lagi Lista tidak mendapat jawaban.

Lista pun terus berjalan lurus, sebentar lagi dia mungkin sampai di depan pintu rumahnya. Namun di tengah-tengah langkahnya, tiba-tiba ada yang memeluknya hingga tubuhnya hampir terhuyung ke belakang. Orang itu kini menyandarkan kepalanya di bahu Lista dan memeluknya erat. Lista dibuat terkejut saat tiba-tiba terdengar isakan dari mulut orang itu.

"Bibi kenapa, Bi? Kenapa tiba-tiba nangis?" paniknya.

Orang tersebut pun semakin terisak saat Lista memanggilnya Bibi. Lista benar-benar tidak mengenalinya. Gadis itu tidak bisa melihatnya lagi. Bahu orang itu pun bergetar hebat. Kenapa Lista begitu berani mengorbankan matanya untuk orang lain.

Dahi Lista mengernyit. Tangisan yang dia dengar ternyata berbeda dengan tangisan bi Yuli. Lista memutar matanya, mencoba mengingat suara tangisan itu. Matanya membola. Tidak mungkin kalau itu suara tangisannya bukan? Lista menggeleng. Ya, tidak mungkin menurutnya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang