" Emang iya? setau gue nggak ada persahabatan cowok sama cewek yang nggak ngelibatin perasaan. Pasti di antara kalian ada yang baper" "
_________________________________________
Naura Auriesta Laurents, gadis manis yang penuh dengan keceriaan namun...
"Hati hati di jalan yah." Peringat Naura saat dia turun dari motor Keano. Dia menyodorkan helmnya sambil tersenyum seolah olah tidak terjadi apa apa diantara mereka. Untuk kejadian tadi siang biarlah Naura memendamnya sendirian agar Keano tidak mengetahui bahwa sebenarnya Naura ada dan mendengarkan semua pembicaraan Keano dan juga Anggara di ruang OSIS tadi siang.
Mengingat bahwa Naura masih memiliki waktu sebulan untuk bisa bersama dengan Keano maka biarkan Naura menikmati satu bulan tersebut bersama Keano meskipun dia sendiri tahu jika Keano sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap dirinya tetapi setidaknya Keano memperlakukannya dengan baik seperti seorang Kekasih.
Cowok itu ikut membalas senyuman Naura tangannya bergerak untuk mengelus surai hitam lebat milik Naura sebentar lalu mengambil Helm tersebut dari tangan Naura."Iya." Balas Keano kemudian mulai melajukan motornya untuk pergi meninggalkan Naura yang terus menatap kepergiannya dengan raut wajah yang sangat sulit diartikan.
Setelah melihat Keano yang mulai perlahan menjauh, gadis itu pun langsung memutuskan untuk membuka pintu pagarnya kemudian masuk ke dalam. Mata gadis itu tiba tiba menatap sebuah koper hitam yang terletak di teras sambil mengkerutkan dahinya bingung.
"Eh anak papah udah pulang." Sapa Millard yang baru saja keluar dengan setelan baju rapi dan topi hitam yang ia kenakan. Naura langsung menatap papahnya dengan sedih.
"Papah udah mau berangkat lagi?" Tanya Naura.
Millard tersenyum lembut lalu melangkahkan kakinya untuk memeluk tubuh anak gadisnya itu dengan sayang. " Iya papah pergi dulu yah."
Naura melepaskan pelukan papahnya lalu menatap papahnya dengan mata yang mulai berkaca kaca. "Masa papah pergi lagi sih?" Ucap Naura.
"Papah udah satu bulan di darat nak kalau nggak berangkat sekarang papah bisa di pecat." Air mata Naura mulai terjatuh. Papahnya ini baru saja pulang tapi papahnya sudah mau pergi lagi dan hal yang membuat gadis itu bersedih adalah saat dimana dia harus menunggu satu tahun atau bahkan lebih dari setahun untuk papahnya pulang kembali.
Sedih, sudah pasti. Jika papahnya pergi maka Naura dan kakaknya tidak lagi menerima kasih sayang dari orang tua. Rumah akan sepi dan Naura tidak menyukai hal itu. Dia ingin papahnya selalu ada di sampingnya dan keluarganya namun kembali lagi kepada kondisi dan keadaan yang mengharuskan dia untuk tidak egois.
"Udah jangan nangis, mau ikut papah ke bandara nggak?" Tawar Millard.
Naura menghapus air matanya, " Emang boleh?" Tanya Naura.
"Boleh dong."
"Naik apa?" Tanya Naura lagi.
"Naik kuda." Naura mengerucutkan bibirnya kesal, dalam situasi seperti ini papahnya masih saja bercanda.
"Yah naik mobil lah, abang kamu yang setirin." Naura mengut mangut mengerti kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengganti bajunya.
Gadis itu memasuki kamarnya dan melempar tasnya asal kemuadian mencari baju yang ingin ia kenakan dengan terburu buru.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.