Malam mulai menampakkan bulannya. Angin dingin terus menembus kulit Naura. Gadis itu berdiri di depan pintu rumah bernuansa putih Elegent. Mulutnya tidak pernah berhenti berkomat kamit untuk meyakinkan dirinya yang kini sedang ragu untuk mengetuk pintu tersebut.
"Hufttt....," Dengan tarikan napas yang pelan dia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu tersebut.
Tok...., tok...., tok....
Naura mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali sambil berharap agar tuan rumah segera membukakan pintunya dari dalam.
Ceklek
Naura mendongak menatap sosok cowok tinggi dengan muka datar. Sorot mata cowok itu masih menatapnya dengan tajam seperti akhir akhir ini.
"Ngapain lo ke sini?" Tanya Leo dingin sedangkan Naura hanya diam dan menatap Leo dengan dalam. Tangannya terangkat hendak meraih wajah Leo yang masih di penuhi luka lebam akibat kejadian tadi siang.
Grebbbb
Leo menghentikan tangan Naura sebelum gadis itu meraih wajahnya. "Pulang!" Ucap Leo tegas membuat Naura tersentak kaget.
Naura menggigit bibir bawahnya membuat Leo yang melihat itu meneguk salivanya susah. Yah cowok normal mana yang tidak akan tahan jika melihat seorang gadis melakukan hal itu tepat di depan mereka.
Grebbbb
Mata Leo membulat, Naura tiba tiba memeluknya dengan sangat erat. "Jangan marah marah lagi sama gue. Gue minta maaf hikss...," Ucap Naura membenamkan wajahnya di dada bidang milik Leo. Leo yang merasa iba pun membalas pelukan Naura dengan hangat sambil menepuk nepuk pelan punggung gadis itu seolah olah dia sudah memaafkan Naura.
Leo melepaskan pelukan mereka, Dia tersenyum sambil menghapus air mata yang terjatuh dari pelupuk mata gadis yang ada di depannya itu. "Seperti biasa lo emang cengeng." Ledek Leo.
"Gue mau masuk, mau ngobatin luka lo."
"Nggak boleh." Tolak Leo langsung.
Naura mengkerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"
"Nyokap gue belum pulang. Kita nggak boleh di dalam rumah berduaan." Ucap Leo yang lagi lagi membuat Naura bingung. "Kenapa? kitakan sahabat."
"Sahabat ataupun bukan tapi kalau cowok sama cewek berduaan di dalam rumah sama aja cari dosa."
"Hah?"
"Insting seorang cowok normal terlalu kuat belum lagi kalau cowok yang nggak bisa nahan itu."
"Lo ngomong apa sih? gue nggak ngerti." Leo menghembuskan napasnya, percuma saja dia menjelaskannya, gadis itu tidak akan mengerti.
"Nggak. Lo tunggu di sini dulu gue mau ngambil jaket. Kita di taman aja." Leo kemudian masuk ke dalam rumahnya dan mengambil jaket hitam miliknya kemudian kembali keluar menemui Naura.
"Nih pake jaket gue. Udara lagi dingin." Ucap Leo melempar jaket hitamnya ke arah Naura kemudian mengunci pintu rumahnya.
"Naik motor?" Tanya Naura setelah ia selesai menggunakan jaket tersebut.
"Nggak. Jalan kaki." Naura mengut mangut mengerti lalu berjalan berdampingan di samping Leo.
Mereka berjalan di pinggir jalan, dedaunan kering tampak berjatuhan menciptakan suasana romantis seperti di musim gugur. Sayangnya ini bukanlah hal yang romantis bagi Naura karena Leo adalah sahabatnya bukan kekasihnya.
Naura bersenandung pelan menghilangkan keheningan di antara mereka. Leo melirik kearah Naura dia tersenyum kemudian menghentikan langkahnya yang spontan membuat Naura ikut berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destruction (SELESAI)
Novela Juvenil" Emang iya? setau gue nggak ada persahabatan cowok sama cewek yang nggak ngelibatin perasaan. Pasti di antara kalian ada yang baper" " _________________________________________ Naura Auriesta Laurents, gadis manis yang penuh dengan keceriaan namun...