Suara tangisan memenuhi ruangan di rumah Naura. Dari samping peti jenasah tampak Millard yang terpaksa pulang dari luar negri karena mendengar kabar bahwa putrinya telah meninggal. Laki laki paruh baya itu menangis, mengusap peti putri kesayangannya itu sedangkan Diana tampak memeluk peti putrinya di sebelah kanan.
Steven juga ikut menangis, melihat wajah pucat adiknya yang di baluti dengan gaun putih kesukaan dari gadis itu, di samping jasadnya tersimpan sebuah Alkitab dan sebuah foto diri gadis itu bersama Steven dan juga Leo.
Leo yang baru datang langsung pergi ke arah peti. Tangisnya lagi lagi tidak dapat ia bendung kala melihat wajah cantik orang yang dia anggap gadisnya sudah memucat dengan bibir yang kering. Cowok itu meletakkan buku Diary tersebut di samping jasad Naura, dia menatap kearah Naura dengan wajah penuh kesedihan.
Hingga ibadah pun di mulai, para Pendeta membawakan ibadah dengan begitu seksama dan diakhiri dengan Millard yang menceritakan tentang keseharian anak gadisnya itu.
Meskipun Millard jarang di rumah namun dia sering memerhatikan kedua anaknya jika sudah pulang dari luar negri. Dia menceritakan bagaimana anaknya tumbuh menjadi seorang gadis manis yang penuh misteri terhadap dirinya sampai akhirnya Tuhan memutuskan untuk mengambil putrinya dari keluarganya. Bisa didengar dari suara Millard yang tampak sumbang membuat semua orang yang hadir mengerti bagaiman rasa sakitnya Millard yang harus kehilangan putri satu satunya.
Hingga akhirnya tiba saatnya peti tersebut di tutup kemudian di angkat untuk di bawah ke pemakaman.
Tampak Leo, Steven dan Bara yang mengangkat peti Naura di sisi kanan dan Millard, Wahyu, serta Kevin yang mengangkat peti Naura di sisi Kiri peti tersebut. Sedangkan Diana memegang bingkai foto milik Naura di depan peti tersebut.
Talya yang melihat peti Naura digiring menuju ke ambulance tampak menangis di pelukan Phrince sedangkan Claudia, Yohana dan juga Jhocelyn menutup mulutnya dan menunduk sambil menangis sesenggukan.
Peti akhirnya di masukkan kedalam Ambulance. Leo menatap kedalam mobil tersebut dengan tatapan kosong, dia belum bisa menyangka jika gadis itu telah pergi meninggalkan dirinya dan melupakan semua janji yang telah mereka buat bersama.
Tak
Bara menepuk bahu Leo, menatap Leo tak kalah sedihnya.
"Lo yang sabar yah bro." Ucap Bara lirih lalu sedetik kemudian Bara memeluk tubuh Leo tidak peduli jika orang orang akan menatap kearah mereka dengan aneh yang jelas dia bisa meredamkan kesedihan yang Leo alami saat ini.
Liuuuu.... liuuu.... liuuuuu
Suara sirine ambulans berbunyi berbarengan dengan ambulans tersebut yang sudah jalan. Leo melangkah menuju mobilnya beserta Anna, Phricill dan juga Abraham suaminya yang kebetulan pulang dari Manado karena mendengar kabar duka dari Anna beberapa hari yang lalu.
Sedangkan Elisa yang kebetulan berada dari sana tampak menatap Phrince dari kejauhan dengan pisau di tangannya.
Penampilan gadis itu tampak kacau dengan baju putih kusut dan rambut yang acak acakan. Dia berlari menuju kearah Phrince kemudian hendak menusuk cowok itu dari belakang sayangnya Talya yang melihat hal itu langsung menghalangi Elisa hingga akhirnya Talya lah yang kena.
Talya meringis kesakitan melihat darah yang mengalir di tangannya karena pisau tersebut mengenai telapak tangannya dan hampir tembus. Phrince dan lainnya langsung panik. Phrince merobek sedikit kain pada kemeja hitamnya kemudian melilitkannya di tangan Talya.
"Semua ini karena kalian hahahahhaha..... kalian sudah membuat keluarga saya jadi hancur hihihihihi.... kalian tahu, saya.... saya hikss saya di usir sama ayah saya karena dia pikir saya yang mengakibatkan perusahaannya bangkrut..... DAN INI SEMUA GARA GARA KAMU! Gara gara ucapan kamu di instagram semua orang menghujat saya hahahah....." Ucap Elisa seperti orang gila dan menunjuk nunjuk kearah Phrince. Orang orang yang kebetulan masih ada di sana langsung menahan kedua tangan gadis itu kemudian menariknya untuk di bawa kerumah sakit jiwa. Tak heran jika gadis itu di larikan kesana pasalnya dengan tingkah dan penampilannya membuat orang orang yang melihatnya pasti akan berpikiran jika dia sudah gila.
"Kita kerumah sakit sekarang!" Ucap Phrince khawatir.
"Nggak, gue mau ke pemakaman Naura." Balas Talya yang keras kepala.
Awalnya Phrince ingin menolak namun ketika melihat wajah Talya yang tampak memohon membuat dia mau tidak mau harus menuruti keinginan Calon istrinya itu, yah setelah mereka naik kelas kedua orang tua mereka sudah memutuskan untuk segera menikahi mereka.
"Oke, tapi setelah dari pemakaman kita harus kerumah sakit." Talya tersenyum simpul lalu mengangguk.
Mereka pun masuk kedalam mobil dan menyusul rombongan yang sudah sangat jauh dari mereka.
****
Acara pemakaman di akhiri dengan doa. Leo menatap gundukan tanah itu lalu mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Naura di sana.
Semua orang sudah beranjak pergi tapi berbeda dengan keluarga Naura serta Leo dan beberapa temannya yang masih berdiri di samping makam gadis itu.
Steven mengelus punggung Leo memberikan ketenangan yang dirinya sendiri tidak dapatkan.
Sedangkan Diana, wanita paruh baya itu menangis tersedu sedu menyesali semua perbuatannya yang terlalu cuek dengan anak gadisnya.
Millard menatap Diana dengan sorot mata tajamnya. Dia sebenarnya ingin marah terhadap Diana tapi dalam suasana seperti ini membuat dia membatalkan niatnya.
Dia pun menepuk bahu Steven memberi isyarat untuk pergi meninggalkan makam. Laki laki paru baya itu sudah tidak tahan jika terus terusan menatap kearah makam putrinya dan menatap wajah calon mantan Istrinya. Dia rasanya ingin menyalahkan Diana karena nyatanya perbuatannya itu lah yang mengakibatkan Naura seperti itu.
"Gue pulang dulu yah dek, lo yang tenang disana. Jangan lupain gue sama papa. Gue sayang lo." Ucap Steven lalu menarik tangan Margareth untuk pulang.
Sedangkan Keano dan Juga Hellen yang sedang memegang perutnya yang mulai membuncit, datang dan melangkah ke arah makam Naura.
Dia menatap makam tersebut dengan raut wajah sedih yang mendalam.
"Gue turut berduka cita yah." Ucap Keano. Leo yang awalnya tidak menyadari kedatangan Keano langsung berbalik kearah cowok itu dan memberikan tatapan yang sangat tajam kearah cowok itu.
"Ngapain lo kesini!" Bentak Leo.
"Leo!" Tegur Anna.
"Cih... bahkan darah lo nggak bisa
buat Naura jadi pulih." Ucap Leo meremehkan."Dan lo tau? Lo cowok bodoh yang udah nyia nyiain cinta dari sahabat gue. Cihh bahkan setelah apa yang lo lakuin ke dia, dia bahkan tetap mencintai lo." Keano menunduk begitu pula Hellen yang merasa dirinya sudah merebut apa yang
Seharusnya menjadi milik Naura."Gue! Bahkan gue udah coba buat ikhlasin Naura buat lo tapi apa! Lo malah hamilin sepupunya. Brengsek lo!" Sarkas Leo menyudutkan Keano.
"Gue minta maaf." Lirih Keano semua orang yang masih ada di sana tampak diam begitu pula Marchel yang baru datang dan berdiri di samping Diana.
"Maaf lo nggak bakal bisa bikin Naura bangun lagi." Ucap Leo lalu pergi meninggalkan pemakaman karena merasa tidak betah akan kehadiran Keano dan juga Hellen.
Cowok itu sempat berbalik kearah Marchel dan melihat wajah pria itu dengan seksama kemudian melangkah menjauhi mereka semua yang diikuti keluarganya.
TBC
Satu part lagi menuju Epilog nih wkwkw
Oke jangan lupa Vote dan Commentnya yah.
Sampai jumpa di part Epilog
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destruction (SELESAI)
Ficção Adolescente" Emang iya? setau gue nggak ada persahabatan cowok sama cewek yang nggak ngelibatin perasaan. Pasti di antara kalian ada yang baper" " _________________________________________ Naura Auriesta Laurents, gadis manis yang penuh dengan keceriaan namun...