Suara angin berhembus terasa sangat menyejukkan. Suasana yang sunyi terasa sangat menenangkan. Naura menenggelamkan kepalanya dengan kedua lututnya sambil menangis. Gadis itu berada di roftoop sekolah. Sendirian, tidak ingin di temani. Hari ini adalah hari kematian gadis itu. Hari dimana membuat mental Naura jadi terganggu. Perasaan bersalah terus saja menghantui belum lagi dengan rasa bersalah dengan Talya. Jika saja Talya tahu Naura pasti akan di musuhi.
Ceklek....
Terdengar pintu roftoop yang di buka dengan terburu buru, menampakkan wajah cemas Leo yang melihat sahabatnya seperti itu. Cowok itu langsung berlari lalu memeluk tubuh Naura dengan sangat erat berharap pelukan tersebut dapat membuat hati Naura jadi tenang.
"Udah gue duga lo pasti ada di sini." Ucap Leo di sela sela pelukan Naura yang sama sekali tidak melawan atau bahkan membalas pelukan dari Leo.
"Leo andai gue bisa nolong dia waktu itu dia mungkin masih ada, dia mungkin jadi temen gue juga hikss..., gue salah, Gue ada di sana dan dia lompat gue..., gue..., gueeee hikss." Pelukan Leo semakin erat depresi Naura biasanya akan kambuh jika sudah memperingati hari kematian gadis yang bernama Zea itu bahkan bisa menjadi parah, itulah salah satu alasan mengapa Leo sangat mengkhawatirkan Naura. Meski gadis itu kuat dan selalu tersenyum jika sedang berada di sekolah tapi tidak akan ada yang tahu jika nanti dia akan berbuat nekat saat teman temannya menyinggung persoalan Zea.
"Itu bukan salah lo. Jangan salahin diri lo terus. Mungkin itu udah jadi takdir Tuhan."
"Tapi tetap aja gue ada di sana dan gue jelas jelas lihat dia berdiri di atas pembatas roftoop dan gue nggak nolong dia padahal saat itu kalau aja gue bisa cepat dan nggak negur dia, dia mungkin masih hidup hikss..."
"Jangan nangis itu bukan salah lo." Ucap Leo sambil menepuk nepuk pelan punggung Naura. Dia melepas pelukan mereka berdua lalu menatap wajah sembab Naura yang selalu saja membuat hatinya menjadi hancur.
Tangannya mulai terangkat untuk menghapus air mata Naura lalu mengecup kening Naura dengan perasaan yang tulus.
"Jangan nangis gue nggak mau orang yang gue sayang nangis kecuali nangis kebahagiaan. Lo berhak bahagia. Meninggalnya Zea nggak ada yang perlu di salahin. Lo nggak bersalah."
Naura terdiam mulutnya enggan untuk berbicara. Melihat wajah Leo yang khawatir serta semua ucapan ucapan yang keluar dari mulu Leo sejujurnya mampu membuat jantungnya berdetak sangat kencang, hatinya selalu merasa tenang jika Leo berada di sampingnya.
"Gue juga sayang sama lo. Lo sahabat gue yang selalu ada buat gue. Makasih yah." Ucap Naura tersenyum ke arah Leo.
Kini giliran Leo lah yang terdiam. Dia sadar jika Naura menyayanginya sebagai sahabat saja namun Leo selalu menyayangi Naura sebagai seorang gadis. Apakah dia boleh memiliki hubungan yang lebih pada sahabat? Bisakah dia berharap pada Naura untuk menyayanginya sebagai seorang laki laki bukan sebagai sahabat? Rasanya dia tidak tahan jika terus menyembunyikan perasaan itu terlalu lama namun dia juga sadar jika Naura hanya mencintai Keano cowok yang jelas jelas merupakan orang baru di kehidupan Naura.
Hingga tanpa di duga-duga Leo menahan tengkuk Naura lalu mulai mendekatkan wajahnya kearah Naura. Gadis itu mencoba untuk mundur sayangnya tenaga Leo lebih besar dari pada dirinya.
"Leo lo mau ngapain?" Tanya Naura gelagapan.
Leo hanya diam matanya mulai tertutup, bibir mereka sudah hampir bersentuhan.
"Le...Leo lo-"
Brukk....,
Suara benda yang terjatuh membuat Leo langsung menjauhkan wajahnya dari Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Destruction (SELESAI)
Genç Kurgu" Emang iya? setau gue nggak ada persahabatan cowok sama cewek yang nggak ngelibatin perasaan. Pasti di antara kalian ada yang baper" " _________________________________________ Naura Auriesta Laurents, gadis manis yang penuh dengan keceriaan namun...