AD🍁: Diary

23 7 11
                                    

ceklek

Pintu kamar terbuka menampakkan Leo yag baru saja pulang dari sekolah dengan membawa sebuah buku Diary. Cowok itu tersenyum simpul, lalu menghampiri Naura yang sedang menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

"Hay, rindu sama gue nggak?" Tanya Leo lembut.

Naura membalikkan pandangannya kearah samping dimana ada Leo yang sudah duduk di sampingnya sambil tersenyum hangat.

"Gue bawa buku diary kita yang dulu buat lo." Ucap Leo memberikan sebuah buku yang terlihat usang namun masih tampak indah dengan hiasan hiasan warna Biru dan juga pink. Buku diary itu adalah buku kenangan mereka di saat masa masa SD dan SMP. Naura dan Leo sering menulis semua impian dan keluh kesah mereka di dalam buku itu. Mengingat masa SD membuatnya rindu. Masa dimana semuanya belum menjadi rumit, masa dimana dia mendapatkan kasih sayang yang lebih dari mamanya namun seiring berjalannya waktu kasih sayang itu perlahan menghilang dan di gantikan dengan kesunyian gadis itu bahkan merasa tidak mengenal mamanya lagi.

Naura tidak bersuara, kemudian membuka selembar dari diary tersebut.

Sebuah foto mereka berdua dengan pose yang sangat dekat terlihat di sana. Naura mengingat masa itu. Yah saat itu Naura dan Leo sedang berlibur bersama di sebuah pantai dan Steven lah yang memotokan mereka berdua dengan kamera milik papanya. Ah mereka berdua terlihat sangat imut dan juga manis.

"Nana itu cewek yang manja, nakal dan usil, aku sendiri bingung dengan sikapnya, dia selalu menggangguku tapi biar bagaimana pun dia tetaplah nana ku, Sahabat ku yang paling imut tapi ngeselin. Semoga aku bisa terus bersamanya sampai selama lamanya -2014"

Naura tersenyum membaca tulisan dari Leo, bahkan Leo yang membacanya pun tampak menggaruk rambutnya yang tidak gatal karena merasa tidak percaya jika dulu dia menulis kalimat kalimat yang sangat konyol.

"Leo itu kayak singa, galak banget, Padahalkan aku cuman mau main boneka sama dia tapi dia maunya belajar mulu, aku bosen-2014 ."

"12 april 2017

Mulai hari ini, gue Naura Auriesta Laurents dan juga Leo jelek berjanji bahwa tidak akan ada perasaan cinta yang lebih dari sekedar sahabat! "

Sebuah perjanjian yang lagi lagi membuat Leo tampak menyesal menyetujuinya beberapa tahun yang lalu dan itu merupakan kalimat terakhir yang tertulis dari Diary tersebut selebihnya hanya foto foto tidak jelas dari Naura dan Leo.

"Mulai sekarang, lo bisa nulis semua keluh kesah lo di sini lagi." Naura menutup buku tersebut kemudian tersenyum simpul kearah Leo.

"Makasih Le' gue kira buku ini udah nggak ada lagi." Ucap Naura.

Leo membalas senyuman Naura  kemudian mengelus gemas rambut panjang dari gadis itu. Sungguh dia sangat merindukannya setelah beberapa hari tidak bertemu karena ujian.

"Gue tau lo itu kuat." Ujar Leo menatap mata sendu Naura dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.

ceklek

Lagi lagi pintu kamar terbuka menampakkan Steven dengan wajah menjengkelkannya. "Lama amat lo di kamar adek gue, Ayoloh ngapain?" Goda Steven yang membuat Leo tampak kesal sungguh Steven ini memang sering sekali berpikir kotor tentangnya jika dia berada berdua bersama Naura di dalam kamar.

Plukk

Leo melempar bantal kearah Steven sambil memberikan tatapan yang sangat datar kearah cowok tersebut. Steven yang di tatap pun hanya menyengir kemudian melangkah kearah adiknya dan juga Leo.

"Gimana keadaan lo dek?  udah membaik? Dokter Mawar udah dateng tuh. Lo harus mau di periksa ya biar cepet pulih." Ucap Steven sambil mensejajarkan tubuhnya di depan Naura.

"Tapi gue takut di suntik bang."

"Nggak di suntik kok, paling cuman di tusuk jarum doang." Balas Steven.

"Sama aja!" Ucap Naura membuat Steven terkekeh.

"Yaudah yah, dokter mawar nggak suntik kok cuman periksa keadaan lo aja. Kalau nggak percaya tanya aja sama Leo ya nggak Le'?" Ucap Steven kemudian menatap kearah Leo sambil mengedipkan matanya.

"Hmmm."

"Nah kan. Kita keluar dulu ya." Pamit Steven lalu mendorong Leo untuk keluar dari kamar Naura dan membiarkan Dokter Mawar untuk masuk kedalam kamar untuk memeriksa kondisi dari Naura.

"Kalau suka sama adek gue bilang, jangan lo pendem."

"Apaan sih, gue emang suka sama adek lo bang tapi itu cuman sekedar sahabat doang." Jawab Leo masih saja mengelak. Sebut saja dia itu pengecut karena tidak ingin jujur dengan perasaannya tapi dia punya alasan, dia tidak ingin semuanya berubah dan membuat Naura menjauh darinya.

"Nggak usah ngelak. Gue tau, dari tatapan lo, pandangan lo, perhatian lo itu semua tidak mungkin hanya sekedar sahabat doang, sahabat nggak seperti lo. Lagi pula gue percaya sama satu kalimat kalau tidak ada persahabatan cowok dan cewek yang tidak ngelibatin perasaan salah satu dari kalian pasti ada yang menaruh persaan lebih dan itu lo. Hayolah, lo nggak mau apa jadi adek ipar gue?" Leo memutar bola matanya malas semua kata kata Steven bisa di bilang benar tapi lagi lagi dia tidak ingin orang lain tahu. Biarlah dia sendiri yang pendam sampai pada akhir dimana dia menemukan waktu yang pas untuk mengungkapkan semuanya.

"Sok tau lo bang, Yaudah lah gue balik dulu." Pamit Leo lalu bergegas untuk pulang ke rumah sedangkan Steven hanya memandang punggung cowok itu sambil menggeleng pelan.

🍁🍁🍁

"Semua yang ku rasakan hanyalah hampa, rasa bersalah terus menghantui, Hai orang orang yang sudah tiada, bagaimana rasanya berada di alam sana? Bisa kah kalian membawaku pergi dari semua masalah yang telah terjadi? Hai Zea, gadis manis yang telah pergi karena kelalaian ku yang tidak sempat mencegah mu untuk jatuh. Bagaimana rasanya berada pada puncak kematian? rasanya aku juga ingin mencobanya tapi jika aku pergi apakah semuanya akan kembali membaik? apakah semuanya akan menangis di hari pemakaman ku? Tuhan tolong aku, aku tidak ingin seperti ini tapi pikiran ini terus menghantuiku"

Naura menutup buku Diarynya, hatinya terasa sedikit lega saat menulis semua isi hatinya pada buku tersebut. Gadis itupun lalu meletakkan bukunya di atas nakas kemudian menggendong bonekanya dan menatap boneka itu dengan gemas.

"Jadi rindu mainin kamu." Ucap Naura pada boneka tersebut.

"Kira kira sembilan bulan kemudian, anak Hellen perempuan atau laki laki ya? Mama jadi penasaran." Ucap Naura lagi. Mengingat tentang kehamilan Hellen sejujurnya membuat hatinya terasa sedikit sakit.

"Mama jadi kepengen hamil juga. Pengen cepet cepet nikah trus jadi mama muda punya anak kembar cowok cewek ahh oke mama jadi halu hahahaha." Naura terkekeh atas ucapan konyolnya tadi dan jangan lupakan dengan alat penyadap yang Leo letakkan di sekitar kamar Naura yang otomatis membuat semua ucapan ucapan Naura terdengar oleh Leo saat ini. Cowok itu terkekeh di atas tempat tidurnya dengan menggunakan earphonenya mendengarkan semua kalimat kalimat dari Naura."Kalau mau nikah muda, sama gue aja Na', gue udah siap kok jadi papa." Gumam Leo berucap kepada Naura meski dia sadari jika kata katanya tidak dapat terdengar di telinga gadis itu.

"HOAAMMMMM..., Lena mama udah ngantuk, kamu tidur di sini dulu yah, mama mau minum obat dulu" Ucap Naura lalu beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil obat serta air putih yang tadi sudah di sediakan oleh Steven diatas meja belajarnya. Gadis itu pun memakan obatnya lalu membaringkan tubuhnya di samping bonekanya.

"Selamat tidur na'." Gumam Leo lalu ikut tertidur.

TBC

Maaf ceritanya mulai tidak jelas wkwkwk. Jangan lupa vote dan commentnya yahh.

See you next part

About Destruction (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang