Seira Problem's | 21

225 31 9
                                    

Seira lagi ngadem dibawah pohon beringin dekat lapangan serbaguna bareng yang lain. Hari terakhir ulangan, bukannya ngerjain soal di kelas kayak kelas-kelas lain, kelas Seira lagi ambil nilai buat mata pelajaran olahraga. Seira ngerasa kakinya mau copot sehabis lari 100 m, main bola kasti, terus lanjut sparring bola volly bareng Rael. Jadi dia ikutan lesehan diatas rumput sambil ngarahin kipas ke wajahnya.

"Hadeh, Pak Arif bener-bener. Untungnya kelas 3 nanti nggak ada ambil nilai kayak begini lagi!" Shilla tiduran telentang sambil tutup mata. "Untung Jakarta sekarang nggak panas! Nah kan, udah gerimis!"

Semuanya refleks menengadah. Seira juga ikutan, ternyata emang udah mau ujan lagi. Runa, Nancy sama Rachel udah duluan ke kantin, tapi tadi dia nunggu Rael, Shenina, Shilla sama Giselle ngambil nilai dulu jadi mereka ngadem sebentar sementara para cowok lanjut main basket.

"Yuk, kantin. Haus," Giselle yang pertama berdiri. "Ayok keburu ujam gede!"

"Ih beneran hujan, ayo!" Rael narik tangan Seira yang masih mager.

"Bentar, ujannya bikin makin adem. Muka gue jadi seger," Shenina malah menengadahkan wajah.

"Buruan, flu ntar besok tau rasa!"

"Seiraaa cepetann," Rael masih narik-narik tangan Seira sementara dia rebahan karena masih capek.

Kakinya bener-bener lemes! Seira rasanya pengen punya pintu kemana aja punya Doraemon biar dia bisa langsung masuk ke kantin! Giselle sama Shilla udah lari kearah kantin sambil teriak-teriak karena kebasahan. Disusul Rael yang ikutan lari.

Seira akhirnya berdiri walau pinggangnya kayak mau copot. Dia langsung lari mengikuti Shenina dan yang lain kearah kantin saat suara yang nggak begitu jelas memanggil. "SEIRA, AWAS!"

Seira refleks berhenti lari dan menoleh kearah suara saat dia liat bola basket mantul kearah Seira. Rasanya kejadian itu kayak slowmo, karena tiba-tiba Seira udah ditarik ke belakang dan bola basket yang tadinya bakal mendarat di kepala Seira udah jatoh nggak tau kemana.

Karena hujan dan dia merem, Seira membuka matanya saat liat Echan udah berdiri di depan sambil angkat tangan kirinya yang gemetar dikit. Cowok itu langsung megang kedua bahu Seira, "Nggak apa-apa kan? Mana yang sakit?!" katanya.

Seira menggeleng pelan. Dia masih shock karena liat bola basket tadi. Andai Echan nggak cepet, mungkin dia kepalanya udah terpelatuk bola basket! "Gue nggak apa-apa. Cuma kaget." Kata Seira yang mengusap wajahnya karena hujan, "Lo, tangan lo gemeter! Ayo ke sisi dulu!"

Dia langsung narik tangan Echan ke tempat teduh. Temen-temennya yang lain dia suruh ke kantin duluan karena demi sushi kesukaan Seira! Tangan Echan tadi nepis bola basket yang ngelambungnya aja cepet banget! Nggak heran kalo tangannya langsung gemeter!

"Sakit nggak?" Seira memeriksa tangan kiri Echan. "Tadi bolanya cepet banget!"

Echan berdeham, "Daripada kena kepala maneh." dia masih meriksa muka Seira. Selain basah karena hujan, nggak ada yang aneh.

Seira mendelik. Dua harian ini dia emang mogok bicara sama Echan karena dia duluan yang pertama marah! Seira nggak tau kenapa dia marah, soalnya Echan tuh jarang banget marah sama Seira. Tapi dua hari ini dia nggak pernah pergi sama pulang bareng kalau sekolah! Di sekolahan aja kalo ketemu, dia selalu pura-pura nggak ngeliat Seira! Akhir-akhir ini dia juga rada kalem, Seira makin serem.

"Yaudah, makasih." Seira menggigit bibir. "Jangan marah lagi."

Echan menaikkan alisnya, "Bukannya lo yang marah yah? Aing ngeliatin aja seradak-seruduk mulu sama si Injun."

"Siapa yang marah?"

"Ganti pertanyaan. Kemarin-kemarin pas ditinggalin Injun, lo nelpon Jeno buat ngejemput?" Echan mengeluarkan sapu tangan di saku nya dan mengelap wajah Seira. "Kenapa nggak nelpon aing ajah?"

SEIRA PROBLEM'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang