Seira Problem's | 47

157 21 37
                                    

"Kayaknya kita jadi deh stay dulu di rumah Runa, baru kita ngasih kejutan tepat jam dua belas malem ke rumah Jijel!" Ujar Rachel memakan bola-bola coklat yang disiapkan Rael sebelummya untuk cemilan. "Ya ribet banget nggak sih otw dari rumah masing-masing? Belom dandan, belom rumahnya jauh, iya kan?!"

"Bener, apalagi rumah Seira noh, jauh bener!"

"Bikoz ultahnya satu hari lagi, besok sore atau mentok magrib, semuanya harus udah kumpul di rumah Runa. Kebetulan Runa juga bilang dia lagi jalan pulang sekarang. Oke-oke?"

Seira sendiri manggut-manggut setuju. Kali ini anak kelas perempuannya sedang berkumpul di rumah Rael, membicarakan pesta kejutan untuk Giselle sebelum hari perayaannya tiba. Runa tidak bisa hadir karena dia masih berlibur bersama keluarganya, ada juga Nancy yang katanya sedang ribut dengan Zain. Jadi mereka membiarkan Nancy absen karena dia akan sangat berisik jika sedang bertengkar dengan pacarnya.

Sebelum datang kesini, Seira lebih dulu melihat keadaan Echan pagi-pagi sekali, bahkan sebelum anak itu bangun. Sepertinya dia tidak nyaman saat tidur karena badannya sakit, terutama lutut dan wajahnya. Terbukti dari posisi tidurnya yang tidak berubah sama sekali saat Seira melihat dia tidur tadi malam. Biasanya dia banyak bergerak untuk mencari posisi yang nyaman. Berbeda denga Nana yang tidur di sebelahnya. Anak itu tidur tengkurap dengan nyaman— membungkus dirinya sendiri dengan selimut. Seira berdiri di sisi ranjang, sedikit membungkuk untuk menyelimuti kaki Echan lalu menyibak poninya yang lagi-lagi menutupi luka di pelipis dan kening Echan.

Mungkin karena jari tangan Seira menyentuh luka nya, Echan tiba-tiba mengucek matanya dan mengerejap, sedikit terkesiap karena melihat Seira yang membungkuk kearahnya. "Seira?" tanyanya dengan suara yang mengantuk.

Seira menegakkan tubuh, "Haus?"

Echan menggeleng pelan, masih mengedipkan matanya beberapa kali, melirik kearah kanannya dan melihat Nana yang masih tidur, "Mau kemana?" tanyanya melihat penampilan Seira yang sudah rapi. Dia membulatkan mata, langsung mengambil posisi duduk, "Pergi bareng Bintang?!"

Seira menipiskan bibir melihat reaksi Echan yang berlebihan. "Nggak—"

"Jangan pergi," katanya menarik tangan Seira mendekat, malah memerangkapnya dengan pelukan.

Merasakan kepala Echan yang bergumam di perutnya, Seira mengangkat tangan kanannya dan menggibaskan rambut Echan yang berantakan. "Gue mau ke rumah Rael. Kemarin Shilla nelpon, kan?" ujar Seira. "Kalo nggak berangkat pagi-pagi, nanti malah macet,"

Echan menengadah, "Tapi gue nggak mau ditinggal lagi," katanya pelan. Mengedipkan kedua matanya beberapa kali sambil cemberut. "Lo kalo main bareng mereka suka lupa pulang,"

"Pulang dari Rael langsung kesini lagi, kok."

"Siapa nanti yang ngolesin salepnya?" Katanya merengek.

Seira membuang napas. Sebenernya dia paling males kalo Echan sama Nana sakit. Selain karena mereka suka merengek dan manja, Seira juga jadi nggak tega. Biasanya kalau mereka merengek, Seira cukup mengabaikannya dan berujung dengan mereka yang marah-marah sendiri.

"Malemnya gue nginep deh, gimana?" bujuk Seira. Dia menunduk, "Ya, ya, ya?"

Echan malah mengeratkan pelukannya, "Boong nggak nih?"

"Nggak! Suwer!"

Merasakan Echan melonggarkan pelukannya dan beralih mendongak menatap Seira yang tersenyum, anak itu ikut tersenyum sedikit, "Jangan pasang muka kayak gitu didepan orang lain,"

Seira menaikkan alis, "Kenapa? Cakep ya?" tanyanya geli sendiri, lalu tertawa setelahnya.

"Iya." jawab Echan membuat Seira berhenti tertawa dan menatap cowok itu tanpa berkedip.

SEIRA PROBLEM'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang