Seira Problem's | 04

393 55 26
                                    

Ternyata ngeliat pertandingan langsung tuh lebih menegangkan daripada nonton di hape atau laptop.

Seira nahan napas saat pertandingan antara tim sekolahnya dengan tim lawan seri dalam 2 babak. Di babak pertama, sekolahnya unggul, lalu babak kedua tim sekolah lain nggak mau ketinggalan. Bisa-bisanya gitu Seira bisa liat beberapa orang yang santai saat pertandingan memanas. Seira aja udah harap-harap cemas, ikut kesal saat tim lawan menang poin, ikut terharu saat tim sekolahnya mencetak poin, sampe ikut memaki saat wasit bersikap tidak adil.

Di sebelahnya malah lebih heboh. Giselle, Nancy, Shilla sama Rachel udah teriak-teriak gemes sambil sesekali menyoraki tim lawan. Cowok-cowok kelasnya jangan ditanya. Apalagi karena Yasa ikut tanding. Felix, Bara, Chandra sama Han udah turun ke dekat lapangan deket tim lawan- katanya biar mereka nggak fokus. Dasar.

"Gue baru tau Yasa ikutan tim voli," kata Seira gitu pas liat Yasa tanding. Pantas aja anak ini dipilih jadi tim inti walau sibuk OSIS. Permainannya sangat oke, apalagi dia dapat posisi setter yang nggak semua orang pintar ngatur bola.

Rael membuka mulut tak percaya, "Beneran?! Bukannya lo sekelas sama Yasa pas kelas 1? Bisa-bisanya lo nggak tau," katanya geleng-geleng kepala.

Seira mengedigkan bahu, "Gue juga baru masuk gedung serbaguna juga, sih."

"Wah, nggak bener ni anak." celetuk Shilla, "Kemana aja lo setahunan ini, gue dulu pas dua hari jadi murid baru aja udah tau lika-liku sekolah sama tempat-tempat ucul buat nongkrong!"

"Jangan bilang lo cuma ke sekolah buat belajar di kelas?!" Giselle mengambil nafas dramatis sambil memegang dada. Cewek berambut lurus itu menoleh kearah Seira serius lalu memegang kedua bahunya, "Aigoo, lo udah melewatkan seperempat kenikmatan dunia yang mencakup: nyobain jajan di kantin belakang, area santuy samping kiri sekolah, jembatan cinta di atas kolam ikan yang pemes, terus yang lebih penting-"

"-of course, setengah populasi cowok-cowok di Dignity tuh ganteng-ganteng. Mata lo nggak bakal pernah bosen, suwer! Dan lo ke sekolah cuma buat belajar?!"

Melihat wajah Giselle yang kaget luar biasa, Seira cuma manggut-manggut, "Bukan nggak mau, tapi nggak bisa." Seira nyengir.

"Nggak bisa kenapa?" Rael sesekali ikut komentar sambil liat pertandingan.

Seira membenahi rambutnya, melirik Nana yang serius nonton pertandingan dan Echan yang sibuk tanding, "Nggak apa-apa, nggak ada waktu aja." jawab Seira akhirnya.

"Aih lo nih, sekali-sekali nggak papa keleus, bolos les atau telat balik. Nanti nyesel tau, kakak gue bilang, yang paling dikangenin dari SMA tuh ya ini, badungnya. Jadi gue sih ya fifty-fifty. Belajar ya harus, tapi main juga kudu. Muehehe." cengirnya, "Dinikmatin aja."

Seira senyum tipis.

Saat semuanya kembali fokus menonton pertandingan, Seira menghela nafas. Diam-diam cuma senyum miris sambil cemberut. Ya mungkin semuanya bisa dinikmati kalo dia punya teman lain. Sahabatan sama Echan, Injun sama Nana sebenarnya lebih dari cukup buat Seira. Tapi ada kalanya, Seira juga kepengen punya temen perempuan kayak dulu, cerita-cerita, main bareng.

Seira melirik teman-teman barunya yang masih fokus memperhatikan bola voli.

Kira-kira, mereka semua bakal berubah kayak temen Seira yang dulu atau tetap begini, ya?

SEIRA PROBLEM'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang