Seira Problem's | 27

191 34 8
                                    

Karena kelompok mereka cuma menang di dua permainan dan nggak lanjut ke babak selanjutnya, Seira yang bingung harus ngapain soalnya temen-temen ceweknya masih lanjut games sebelum final games yang ditonton seluruh murid cuma duduk-duduk di dekat panggung. Sementara Nana sama Injun tiba-tiba jadi penyanyi dadakan yang bikin games jadi rame, dia memilih buat istirahat sebentar sehabis ngeliat Wisya yang lagi tiduran di tenda darurat.

Seira sendiri masih kaget kenapa Wisya santai-santai aja meski dokter udah bilang kalau pergelangan kakinya cedera sampe bengkak. Pak Bagus sebetulnya menyarankan Wisya pulang lebih dulu dengan mobil sekolah, tapi anaknya nggak mau dan pengen pulang bareng-bareng dengan temannya yang lain. Apalagi pas Wisya nerima telpon yang mungkin dari orang tuanya, cewek itu langsung mangakhirinya sepihak dan berkata pada Pak Bagus kalau dia bakal pulang besok bersama yang lain.

Seira yang nggak sengaja mendegar langsung diam. Nggak tau kenapa tapi dia ngeliat Wisya lagi nahan nangis. Jadi dia cuma menepuk pundak Wisya sebelum keluar tenda.

"Sei, ayo nyanyi!" Nana berseru diatas panggung. Cowok itu berdiri didepan stand mic, "Jangan ngelamun, ntar ada yang masuk!"

"Apaan yang masuk?!" Injun langsung noleh sinis.

Nana nyengir, nyolek dagu Injun yang langsung ngusap dagu, "Tidak diperbolehkan menyebut kata-kata terlarang!"

Seira mendecih. Nggak di rumah, nggak di sekolah, nggak diluar, kayaknya pemandangannya nggak berubah. Mereka bertiga tuh kayaknya cuma bisa sehari dua hari adem ayem, sisa nya bentrok mulu. Makanya Seira selaku kompor cuma bisa diem di pojokan kalau mereka lagi adu mulut.

Karena dia kebelet pipis, Seira beranjak kearah toilet dan melangsungkan panggilan alam. Dia bercermin sebentar, ngerapihin rambutnya yang mencuat keluar dari cepolannya lalu berjalan keluar toilet. Saat berjalan kearah tenda, dia melihat Echan dan Jingga yang duduk berhadapan di dekat sungai, agak jauh dari keramaian. Seira geleng-geleng kepala. Echan nih kayaknya lebih pro dari Nana! Naomi sama Runa aja sampai sekarang masih nggak tau gimana jelasnya, sekarang dia sama Jingga!

Mata Seira melebar saat liat Echan mendekatkan wajahnya kearah Jingga. Karena posisi Echan yang membelakangi Seira, dia nggak bisa liat jelas mereka lagi ngapain. Mana hari udah sore, Seira udah kayak penguntit aja ngeliatin temennya sambil sembunyi di pohon!

"Wah, ngga bener ni anak." Seira melotot liat Echan megang wajah Jingga, lalu mendekatkan wajahnya lagi sampai wajah keduanya bertemu.

Seira langsung memalingkan muka. Ini pertama kalinya dia nonton live action ciuman! Makanya Seira kaget dan malu! Apalagi yang dia tonton temennya! Echan goblo goblo goblo! Mana pas Seira liat lagi mereka masih di posisi tadi!

Cepet-cepet Seira lari kearah temen-temennya ceweknya yang ternyata udah kumpul di dekat tenda. "Udah selesai?"

Rael yang lagi ngipasin wajahnya menoleh, menyipitkan matanya ngeliat wajah Seira yang merah kayak kepiting rebus, "Lo sakit?" Dia menempelkan tangannya di dahi Seira, lalu pindah ke lehernya. "Muka lo merah,"

Seira refleks memegang pipinya, agak anget. "Kayaknya kena angin sore,"

"Yaudah sana ganti baju dulu, terus pake jaket soalnya udah dingin." Giselle ngomong begitu. Cewek itu mengerucutkan bibirnya. "Malu-maluin banget, anak kelas kita cuma Felix sama Nancy yang grup nya ikut final huhuhu,"

"Beneran?!" Seira baru tahu.

Shilla manggut-manggut. "Ya gimana, yang ikut final cuma dua kelompok. Anak cewek kelas kita kalo olahraga kan letoy jadi yah sudah gue perkirakan."

"Cowok kelas kita emang jago, tapi kalo temen kelompoknya memble ya gugur juga," timpal Shenina yang banjir keringat karena habis lari estafet. "Gilak, air disini dingin banget, gue mau mandi air anget aja!"

SEIRA PROBLEM'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang