Seira Problem's | 02

439 68 22
                                    

Selepas dari perkantinan tadi pagi, dilanjut pengenalan wali kelas dan pelajaran baru di kelas 2, Seira nggak balik gabung dengan teman-teman cewek di kelasnya yang balik ngantin saat jam istirahat. Bukannya dia nggak lapar, tapi Seira masih kikuk dan aneh aja gitu. Tadi pagi pun dia banyak diem sementara yang lain pada ngomentarin adik kelas yang katanya songong banget dan nggak sopan. Seira takut kalo ngomong ini atau ngelakuin itu, temen-temen barunya jadi nggak enak.

Seira menoleh ke belakang, Nana lagi ngerjain tugas sambil ngedumel karena Seira yang nyuruh. Seira cuma bisa ketawa dalam hati. Abisnya kalo nggak dikerjain sekarang, mana mau dan mana sempet dia ngerjain tugasnya di rumah?! mobelejen terus!

Tapi untungnya dia sekelas sama Nana. Lumayan kan dia punya temen ngobrol walau di sekolah tuh, Seira nggak liar-liar amat. Dulu juga Seira jarang keluar kelas kalo nggak perlu. Echan, Nana sama Injun kadang dateng sambil bawa jajanan- itupun sering Seira usir karena dia nggak mau kelihatan deket sama mereka. Sampai dia dibilang anti sosial dan pilih-pilih teman.

Seira mendengus.

Ya terus kenapa? Emangnya Seira harus bersosialisasi sama orang-orang muka dua yang deketin dia karena ada maunya doang? Mending dia sendirian daripada dikelilingi teman-teman toxic. Dari pengalaman Seira sendiri, dia belajar kalo ternyata sifat orang-orang tuh kadang beda di depan dan di belakang. Bisa jadi, dia cuma ngomong baik jika kita ada, dan ngomong yang jelek kalau kita nggak ada.

"Udah nih, udah!" Nana berdiri sambil menghela nafas seolah telah kerja rodi, "Yok, kantin."

"Nggak ah,"

Nana menarik nafas banyak-banyak dengan gaya berlebihan, "Tadi bukannya lo ngantin bareng yang lain?" katanya terharu, menepuk kepala Seira berkali-kali sambil mengelap ingus yang nggak ada dengan lebay, "Kenapa sekarang nggak ikut?"

"Nggak lapar."

"Sesungguhnya bohong itu dosa, zheyeng."

Seira merenggut, "Lo aja, nanti kalo keburu beliin chiken katsu!"

"Ngehokey," katanya setelah mencolek dagu Seira lalu ketawa ngakak dan nyelonong pergi setelah sempat menepuk pantat Bara yang kebetulan sedang nungging. Bikin Bara memaki lalu berlari mengejar Nana.

Seira mengusap dagunya sebal, lalu mengambil komik dalam tasnya dan mulai membaca. Untungnya kelas barunya ini bikin Seira agak nyaman. Teman-teman cowok di kelas emang sama berisiknya kayak kelasnya dulu, tapi nggak ada dari mereka yang suka komen-komen aneh sama Seira kayak dulu. Teman-teman cewek juga sejauh ini nggak ada masalah. Walau mereka masih sering ngomongin orang dan super berisik, mereka nggak pernah ngomong yang jelek-jelek tentang orang lain dan sering menyapa Seira.

Malah kayaknya, masalahnya ada sama Seira sendiri.

Seira menutup buku komiknya lesu. Dia berdiri dan melihat ke luar jendela, melihat teman-teman cewek kelasnya yang sedang duduk di bangku luar sambil tertawa bersama. Seira menghela nafas, lalu balik duduk dan meletakkan kepalanya diatas meja.

Sebenarnya Seira kangen banget bisa cerita-cerita dan ketawa bareng sama teman cewek sepantarannya. Dulu juga Seira begitu. Punya kelompok beberapa orang, kemana-mana bareng, cerita ini-itu, ketawa bareng, sampe punya grup chatt kelompok.

Tapi ternyata semuanya pura-pura.

Ternyata, nggak ada yang nganggap Seira teman. Di depan Injun, Echan atau Nana, mereka seolah menganggap Seira yang paling diistimewakan. Mereka berbagi semua barang dan makanan, mendengarkan cerita Seira, dan berkata kalo mereka sangat senang punya teman kayak Seira.

SEIRA PROBLEM'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang