Room

2 0 0
                                    

Radit terbangun di ruang kosong. Putih tanpa jendela maupun pintu didalam, kosong akan warna yang umumnya mewarnai sebuah rumah. Ia bangkit dan menemukan sesuatu yang mengambang tak jauh dari dirinya. Melihat warna merah yang sangat familiar dan hangat.

Perlahan, Radit dapat merasakan sesuatu yang tak diketahui mulai berjalan mendekat dan iris mata yang mampu menggambarkan dengan jelas pemandangan didepannya.

Warna merah yang tampak mengobar tanpa arah mulai berkumpul menjadi satu dan membentuk sesuatu yang kemudian menunjukkan satu persatu organ tubuh.

Hidung yang seperti kuda, bulu yang terbuat dari api, mata yang tajam seperti dapat melihat ke jiwamu. Sama seperti hewan yang menjadi penjaga dan memilihnya sebagai ksatria.

Kirin.

Radit mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi karena ia seharusnya tidak di tempat ini melainkan di bangunan tua yang-- ah. Pelindungnya telah dikalahkan.

"Jadi begitu..."

Ia berbalik dan mengayunkan kaki sembari melihat Kirin yang terbaring di kakinya, tanpa mempedulikan ruang putih yang membuatnya merinding.

"Radit." Suara yang memanggil namanya terdengar ketus dan Radit pun menjawab.

"Kirin?"

"Kamu adalah penjaga yang paling gila yang pernah kutemui."

Kalimat yang singkat dan mencerminkan gaya Kirin hampir membuatnya tertawa dengan keras. Air mata yang keluar mulai tertahan akibat sesuatu yang membuat Radit tertawa.

"Sejujurnya, aku tidak memikirkan rencana seperti itu, tetapi seiring waktu aku berpikir bahwa bukankah ini dapat menjebak Rayn? Jadi kujalankan rencana ini tanpa memberitahu siapapun."

"Bagaimana dengan kakakmu?"

Pikiran Radit kembali lagi kebeberapa saat lalu, dimana ia berbincang dengan Kirin berdua.

Sebelum babak keempat...

Radit dengan Kirin merencanakan sesuatu yang bisa disebut gila.

"Kirin, aku akan memberikan potongan jiwa yang ada di tubuhku ini pada seseorang." Kirin mengangguk sebelum menyadari apa yang diucapkan Radit.

"Rencana yang kusebutkan saat bersama pelindungku itu adalah benar namun aku harus membuat Rayn percaya bahwa hanya empat pelindung saja yang aku pilih. Aku tidak ingin semua tahu rencanaku, bahkan Rayn sialan itu." Radit mengucapkan dengan pelan, berharap Kirin mengerti. Rencana yang gila ini mungkin akan dibantah oleh Kirin jika ia memiliki rencana lain untuk membantu Radit. Tapi tidak ada jalan lain.

"Aku baru menyadari kelemahan dari misi kali ini. Find the guarded piece of knight's protector and destroy it. For thou who succeed, can enter the next round.

"Apakah kau menyadari bahwa babak kali ini memiliki celah?"

Kirin tidak paham dan menggelengkan kepala. Ia terdiam sejenak dan seakan tahu maksud Radit mulai akan bertanya namun Radit menyelanya.

"Rayn mungkin dapat mengubah alur babak nanti. Namun, ia tidak akan bisa mengubah aturan permainan yang ia tetapkan. Disamping itu aku masih memiliki sisa sedikit jiwa, kau sadar kan maksud perkataanku?" Kirin mengangguk, dengan kaki yang beristirahat di paha Radit, ia mulai membantah dengan satu-satunya argumen yang ia miliki.

"Kamu tidak akan bisa bertarung lagi, jika memberikan jiwamu pada seseorang. Karena tubuhmu akan tidak stabil tanpa cukupnya jiwa yang dapat menampung kekuatan besar yang kuberikan. Selain itu kamu hanya bisa mengandalkan satu kekuatan saja untuk bisa melawan balik."

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang