Hunt (7)

4 0 0
                                    

Andini menaruh Radit kembali ke kasur dan duduk di samping, menatap Radit yang tertidur pulas dengan tangan yang menggenggam erat tangan Radit.

Ia berbalik untuk melihat Tiana dan Natasha dengan jari telunjuk berada didepannya, membuat keduanya berjalan keluar.

"Apa yang akan kalian lakukan nanti?"

"Kami akan menjalankan tugas yang diberikan Radit." jawab Tiana singkat. Andini bertanya-tanya tugas apa yang diberikan Radit dan wajah yang mengerut membuat Tiana terkekeh, seperti dapat membaca pikiran perempuan yang ada didepannya.

"Radit menyuruh kami untuk berusaha sekeras mungkin melawan lainnya."

"Apa?"

"Aku tidak tahu apa rencana Radit tapi aku dan lainnya telah memutuskan untuk memercayainya."

Percaya. Dalam benak Andini ia kagum saat mengetahui bahwa pelindungnya berusaha keras dan percaya untuk membantunya.

"Hahh... baiklah. Aku akan bilang ke Radit nanti saat dia bangun."

Andini tidak tahu apa yang ada di pikiran Radit tapi ia yakin Radit dapat mengalahkan Rayn. Karena ada banyak teman disisinya.


Sementara itu,

Nathan berada di luar gubuk yang berada di tengah hutan, mengintai area sekeliling sembari berbisik pada rekannya.

"Ini rencana gila, Drew."

Drew tidak berkata apa-apa selain diam disamping Nathan. Ia menunggu Tama berada di posisi yang mereka rencanakan untuk bisa mengalahkan Radit.

Tidak lama kemudian, ia bisa melihat Tama mendengar satu jentikan tangan.

Drew menoleh dan mengangguk pada Nathan. Sesaat kemudian kekuatan Nathan menjadi aktif dengan tangan yang masuk kedalam guci besar berisi konten cairan.

Kabut asap mulai menyelimuti area dengan Drew yang mulai mengeluarkan asap berwarna ungu yang bersembunyi di balik kabut milik Nathan.

Tak selang berapa lama kemudian, seluruh area tak terkecuali gubuk mulai tertutupi oleh kabut.

Tama dan Nadine bergerak melalui semak-semak dan tidak melihat pergerakan apapun didalam gubuk selain kesunyian didalam hutan.

Mereka tidak menyadari ada bom yang bersembunyi di sela-sela kerikil yang mereka telah lewati. Kaki Nadine menginjaknya dan meledak, menghempaskan mereka berdua ke belakang agak jauh dari satu sama lain.

"Ughh..." Nadine mengerang kesakitan. Ia tidak menyangka mereka akan melakukan taktik yang mirip dengan militer. Dan ia melihat Tama tak sadarkan diri penuh luka bakar sama seperti dirinya.

Nadine tak mampu mendeteksi apakah itu Tama atau bukan karena penampilan yang mirip dan membawa Tama ke tempat aman, tidak menyadari bahwa itu bukanlah Tama.

Ia menemui Angga yang dalam keadaan siap untuk menyerang, terkejut melihat Tama yang pingsan dengan satu tangan dikalungkan di leher Nadine.

"Kalian terkena bom?!" Nadine mengangguk.

"Kita harus berhati-hati, kabut ini menguntungkan mereka dengan bom yang berserakan di balik batu batu kecil."

Angga mengangguk paham dan mengurus Tama tapi ia mengernyitkan dahi, membuat Nadine bertanya.

"Kenapa?"

Sebelum Angga dapat bereaksi dan menjawab, pisau telah tertancap di perutnya.

"Angga, Ksatria dari Phoenix. Kaulah yang pertama kali menyadariku. Benar, aku mungkin dapat meniru orang lain tapi tidak sampai detail mereka."

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang