Game Over (2)

4 0 0
                                    

Cole datang dengan terburu-buru. Kepakan sayap yang terasa ringan berhenti di pundaknya. Hewan mitos yang melambangkan keabadian memberitahu Angga bahwa telah terjadi sesuatu.

Dan ternyata firasatnya benar.

"Babak terakhir..."

"Kau harus membantu mereka, bukankah kita harus mengalahkan Rayn?" desak Cole agar Angga bertindak. "Ayo, mereka berada di taman."

"Taman?" Cole menjelaskan bagaimana kondisi taman sekarang dan Rayn yang telah mengisolasi tempat agar tidak ada yang masuk.

Angga tidak berhenti untuk berpikir panjang. Ia berdiri dan keluar, mengabaikan panggilan pejalan kaki yang ia tabrak sepanjang perjalanan. Dua orang laki-laki yang ingin mengalahkan Rayn. Satu tidak memiliki ambisi atau keinginan sedangkan yang satu telah putus asa terhadap Rayn.

Seakan menjawab doa mereka untuk mengalahkan Rayn, langit menjadi gelap dan berawan, rintik rintik membasahi bumi di tempat pertarungan yang tak jauh dari ia berada.

"Ironis sekali. Kenapa hujan di saat kita harus melawan Rayn..." gumam Angga sembari ia melihat serangan Rayn yang hampir mengenainya. Ia tak menyangka pertarungan telah berjalan sekian lama dalam kesedihannya.

Nathan dan Drew memiliki goresan luka yang tipis di tangan maupun wajah. Melihat Rayn yang memegang pedang di kedua tangan dengan perawakan benar-benar seperti boneka.

Senyuman yang sinis dan mata yang seperti merendahkan mereka, sangat membuat keduanya semakin marah. Nathan dan Drew mengangkat senjata dan mengarahkan pada Rayn kembali.

Tanpa Tama yang selalu membantu membuat lengah musuh, keakurasian Drew menjadi berkurang. Nathan yang memiliki kemampuan luar biasa tidak memberi celah untuk pistol laki-laki dengan penampilan berantakan.

Namun Rayn tidak memiliki bekas luka ataupun goresan akibat serangan mereka. Racun yang menjadi andalan Drew dan kekuatan melimpah dari Nathan tidak memiliki efek sama sekali.

Rayn menyayat tubuh Nathan yang tidak berhasil menghindar setelah serangan cahaya yang tidak berhasil mengenainya. Satu serangan yang berhasil membuat Angga bertindak untuk mengalihkan perhatian.

"Hey, Rayn sialan!" panggil Angga kepada makhluk yang menyeret mereka dalam permainan ini sebelum mengeluarkan dinding api. Sangat besar dan ia kemudian meneruskan serangan dengan pedang berhembuskan api.

Nathan dan Drew takjub dan melihat satu sama lain, melancarkan serangan dari titik buta Rayn dengan tsunami dan Drew yang berenang dalam arus air sebelum menembak Rayn dengan pistol racun dan asam yang mampu melelahkan segalanya.

Rayn melompat ke samping sebelum tersandung dan jatuh. Ia terikat oleh tanah yang dimanipulasi oleh Nathan. Angga menyerang dengan pedang dimana Rayn segera menghancurkan rantai tanah, menghindar ke samping.

Selagi Rayn terbagi konsentrasi dengan serangan acak dan tak terencana ini, ia terpjokkan dengan api Angga secara berkala. Kelinci yang merasakan Nathan datang, menahan serangan dengan pedang yang ia miliki dan mengirimnya agak jauh.

"Lemah."

Angga menahan tawa melihat Rayn yang berbohong. Jika memang Rayn mengira tiga ksatria itu lemah, kenapa tidak segera menghabisi mereka. Angga tidak memberi kesempatan dan terus memojokkan Rayn.

Namun disisi lain, Nathan yang telah bertarung lama sekali berpikir apabila ini berlangsung lama maka ini tidak akan berakhir dan mereka akan kalah. Atau lebih tepatnya dihabisi oleh kelinci yang memiliki otoritas mengendalikan permainan ini.

Rayn yang sekilas melihat raut Nathan mulai memprovokasinya.

"Menyerahlah. Kalian tidak akan menang." Rayn menyengir, membuat Nathan bergetar. Ini adalah monster yang mengendalikan permainan, mengirim mereka ke alam baka saat kalah. Dan yang paling menjengkelkan ia tidak merasa kalah walau tidak menggunakan kekuatannya.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang