Killer (Part 3)

29 3 0
                                    

Radit menghela napas sembari melihat dinding penjara dimana ia berada sekarang. Radit, baru pertama kali ditaruh dalam sebuah kotak besi. Ia dapat keluar kapan saja dengan pelindungnya tapi karena rencana yang Drew dan dirinya buat, ia terpaksa diam di tempat yang pengap dan kotor ini.

Roh Neon bernama darklord adalah tipe yang menyusahkan bagi Drew, Radit dan lainnya. Mengingat kekuatannya yang mampu menghipnotis dan mengendalikan Neon bahkan manusia. Sekuat apapun mental mereka. Jika kesempatan untuk melawannya dan menangkapnya datang, Drew, Andini dan Tama pasti akan datang. Kemudian, ia akan keluar dari tempat yang bisa disamakan dengan neraka ini. Setidaknya itu yang mereka rencanakan bersama.

"Psst~ Radit!" bisik Kirin yang mendongak kebawah.

"I-Iya— Kirin?" Radit bergerak dan merasakan sakit kembali.

"Kau tidak apa?" Radit mengangguk dan tersenyum.

"Tentu saja. Ini tidak seberapa..." ujar Radit sembari tersenyum sedih.
""Dibandingkan dengan penderitaan orang yng kusakiti."" pikir Radit dengan diikuti perkataan Kirin. Ia menatap Kirin, mata terbelalak sekaligus tidak menyangka penjaga yang memilihnya mampu membaca dirinya

"Itu kan yang kau pikirkan?" Kirin bersandar di paha Radit, tidak menyadari bahwa tubuh Radit masih merasakan sakit akibat cairan yang mengalir dalam tubuhnya. Ia mendongak keatas dan menatapnya tajam.

"Aku harap kamu bisa memaafkan dirimu, Radit. Suatu saat nanti." Radit mengeluarkan air mata, mengejutkan Kirin yang berniat meninggalkannya.

"Aku... minta maaf, Kirin." Radit mendekatkan lutut ke dadanya sebelum menutup dirinya, tidak mau bicara lagi. Kirin, mengetahui perasaan Radit, mulai meninggalkannya. Ia menuju ruang dimana Drew dan lainnya berada. Kirin juga memastikan bahwa akan ada ksatria lain yang siap menyelamatkan Radit jika terjadi sesuatu yang tiba-tiba. Yang ia dapat lakukan hanyalah menunggu dan berharap, berharap babak dark game kali ini tidak menyiksa Radit terlalu dalam...


Angga, yang sedang berjalan di tempat yang ramai akan penduduk yang bekerja, melihat sebuah garis polisi dan mendengar seorang polisi tersebut berbicara dengan kelihatannya atasannya.

"Jadi bagaimana dia mati?" Angga bersembunyi dibelakang seorang pria yang sibuk dengan telepon genggamnya dan mendengar atasannya berbicara.

"Melihatnya sekilas, kemungkinan korban mati adalah dengan bunuh diri. Mengingat terdapat bekas tangan miliknya di leher korban sendiri." Polisi tersebut berspekulasi. Sedangkan atasannya memastikan luka tersebut.

"Akhir-akhir ini, banyak kejadian aneh inspektur. Korban dengan luka bekas siksaan yang tidak wajar. Terikat dan mati kehabisan darah karena bekas cambukan. Semuanya aneh. Bahkan kasus psikopat yang kutemui tidak sebanding. Mungkinkah ini... monster?" Polisi itu menyimpulkan semua kasus dan membuat atasannya memukul kepalanya.

"Sebagai polisi, kita mencari fakta hukum. Bukan menyimpulkan. Dasar kau ini..." Angga yang pernah melihat kejadian serupa pun terkejut, tidak bisa berkata apapun. Ia kembali kerumahnya dan memberi pesan ke Nadine dan Nathan. Yang berisi pesan singkat bahwa mereka harus bertemu.~

Suasana di rumah Nathan sangat suram sembari Angga menceritakan informasi apa yang didapatkan olehnya. Membuat Nathan serta Nadine terdiam.

"Sudah kuduga..."

"Apa maksudmu, Nathan?" Angga menoleh kearah Nathan, ingin meminta penjelasan.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang