Battle (Part 3)

62 6 0
                                    

"Angga! Kau tidak apa-apa?" Angga membuka mata dan melihat Cole. Ia mengusap kepala yang masih sakit dan dada yang terasa sesak.

"Bisa kau ambilkan obat penghilang rasa sakit di lemari, Cole?" Tanpa basa-basi, Cole langsung mengambilkan obat. Sepertinya ia dibawa oleh Kat, mengingat Nadine berada disampingnya belum terbangun. Ia berpikir kenapa Radit dan Andini menyerangnya? Apa masa lalu mereka yang tidak ingin diketahui olehku?

"Ini, Angga." Cole memberinya satu buah kapsul dan menyerahkan gelas berisikan air. Angga melirik kearah Kat yang tertidur di sebelahnya.

"Sudah berapa lama aku pingsan?"

"Kamu— tidak, lebih tepatnya kalian pingsan seharian sejak kalian diserang oleh..." Cole tidak meneruskan.

"Andini, bukan?" Cole mengangguk.

"Radit juga. Aku melihatnya bersama Andini menghilang bersama dua orang yang sepertinya juga ksatria. Namun aku belum tahu siapa penjaga mereka." Cole termenung dan berpikir kenapa Angga tidak bisa merasakan aura mereka yang begitu pekat.

"Apa kau tidak tahu siapa yang menyerangmu?"

"Aku ingat ada sesuatu menyentuh punggungku dan tiba-tiba penglihatanku samar-samar dan anehnya, aku tidak pingsan seketika." ungkap Angga. Ia sepertinya tahu kedua penjaga mereka.

"Jika perkataanmu benar, mungkin itu Hydra dan Peluda." Angga teringat sesuatu.

"Iya, aku mendengar suatu nama. Seperti yng kaukatakan. Peluda."

"Sudah kuduga. Kekuatan spesialisasi racun. Dan kalau aura, menurutku kamu dalam masalah besar, Angga." Angga penasaran dan mendekati Cole.

"Kenapa?"

"Itu Hydra. Musuh abadiku" Angga dengan santai tersenyum percaya diri, tidak sadar akan sesuatu.

"Kekuatan regenerasimu tidak akan pernah menyala lagi jika ia berhasil menyentuhmu. Racun yang dihasilkan Hydra, akan menetralisir kekuatanmu. Itulah sebabnya ksatria pilihannya selalu berhasil mengalahkan ksatriaku disaat terakhir."

Mereka berdua terdiam tidak tahu harus berkata apa lagi. Kat, yang pura-pura tidur ingin meringankan suasana tetapi sepertinya tidak akan berguna. Mengingat Cole yang santai dan serius.

"Ughh..." Nadine menggumam dalam tidurnya dan Kat yang berada didekatnya mencoba menenangkan dirinya.

"Shh.. tidak apa, Nadine. Kau aman disini." Ia mulai tersadar dan menyadari bahwa ia berada di apartemen miliknya. Yang terlihat berstandar tinggi dari rumah milik Angga.

"Kalian sudah bangun? Maaf aku tadi lelah."

"Eh? Kamu sudah bangun sebelum aku? Kukira Kat yang membawaku—" Nadine menyangkal bahwa hanya ia yang membawanya saat pingsan.

"Aku berpura-pura pingsan karena kekuatan keduaku adalah imun terhadap racun golongan satu dan dua." Angga mengangguk dan menyadari sesuatu.

"Golongan satu dan dua? Lalu ada berapa golongan untuk racun?"

"Golongan satu adalah yang melumpuhkan tubuh baik sementara atau permanen, dan golongan dua adalah yang memiliki efek cepat dan mematikan. Sedangkan yang ketiga memiliki efek lambat. Beruntungnya aku, pengguna racun sebelumnya tidak menggunakan itu." Nadine perlahan bangun dan bergerak untuk membiasakan tubuhnya tidak kaku setelah bangkit dari tidur. Orang tua yang bekerja di luar kota membuatnya mandiri hidup di kota ini. Ia mengusap matanya yang lelah dan masih menginginkan tertutup lebih lama lagi.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang