Battle (Part 2)

41 7 0
                                    

Di dunia yang penuh dengan ketidakadilan, Radit menerima dengan lapang dada, walau semua hanyalah mimpi buruk belaka baginya. Begitu kesempatan datang, ia meraih sebuah kotak. Kotak yang sama yang merubah hidupnya...

Radit perlahan membuka mata biru laut miliknya dan merasa sakit di tubuhnya.

"Agghh..." Ia memegang dada miliknya dan mulai batuk-batuk. Beruntungnya, kali ini tidak menghasilkan darah. Setiap hari ia merasa sakit, dan berpura-pura koma. Dan ia merasa bersalah karena membohongi Angga dan keluarganya.

"Kau tidak apa-apa, Radit?" Radit menoleh melihat Andini membawakan sebuah nampan dengan sarapan yang membuat perut miliknya berontak. Kaget, Andini tertawa diikuti Kirin.

Dengan wajah yang mulai memerah, Radit menyembunyikan muka dengan bantal.

"Kalian..!"

"M-Maaf, kami tidak bermaksud—" Andini kesusahan menahan tawa dan Nate yang baru memasuki kamar, terlihat bingung.

"Ada apa?" Radit menyangkalnya dan tentu saja mereka tidak langsung berhenti tertawa.

"Hah~ baiklah, lantas aku ingin bertanya kapan kalian akan menyentuh kotak yang dimaksud kemarin?" Radit dan Andini melirik kearah Nate mulai mengerang.

"Kami tidak tahu. Tapi yang pasti, aku sudah tahu kemungkinan dimana kotak itu berada." Ucap Radit. Dan membuat Nate terkejut.

"Kalian tahu bagaimana ada 16 anak dan maksimal 4 kotak bukan? Bisa kita pastikan masing masing kotak akan memiliki batas 4 anak per kotak seperti yang dikatakan Rayn. Dan di kota ini hanya terdapat empat wilayah. Utara, barat, selatan dan timur. Jadi, karena kita berada di barat, maka kita tidak perlu jauh-jauh ke wilayah lain. Cukup mencari disekitar." Kirin yang tengah terdiam menunjuk keluar jendela.

"Daripada berasumsi saja disini, bagaimana kalau kita menyentuh kotak yang berada diluar?" Radit tidak paham perkataan Kirin dan melirik di luar jendela, yang nyatanya terdapat kotak dimaksud.

"Sedekat ini?!" Andini terkejut. Namun Radit menyeretnya keluar dan segera menyentuhnya. Kotak berkilauan yang hanya terlihat oleh pemain dark game, memudahkan mereka untuk menyentuhnya. Awalnya ragu-ragu namun Radit menyarankan untuk menyentuhnya bersama. Dan seketika, memori milik Radit dan Andini seakan terserap dalam pikiran mereka masing-masing. Seperti adegan flashback dalam film.

"Jadi itu alasanmu membantuku, Andini..." Radit menunduk dan tidak menatap mata milik seorang gadis yang mencoba menahan air mata.

"Kita telah berjanji saat di taman di masa kecil bahwa kita akan bersama selamanya, aku tahu ini egois tapi aku tidak peduli jika kamu tidak melupakannya tapi aku tidak akan. Sedetikpun." Andini tersenyum dan memeluk Radit. Tinggi badan yang berbeda membuat mereka seperti kakak adik namun nyatanya mereka adalah sahabat. Yang tidak lekang oleh waktu.

"Lantas apa aku boleh meminta sesuatu, An?" Julukan semasa kecil yang ia gunakan pada Andini, terucap kembali di lidahnya. Dan Andini pun mengangguk sama seperti dulu.

"Aku ingin kamu tidak melindungi kotak itu tidak peduli apa yang terjadi." Melindungi? Andini bingung dan mengingat apa yang dikatakan Angga saat pertemuan. Jangan-janga...

"Maksudmu—" Radit mengangguk, seakan mengetahui apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Aku hanya ingin kamu saja yang mengetahui, tidak ksatria lain khususnya Angga." Radit tahu bahwa mungkin ini akan menjadi pertarungan yang berat untuk mereka. Membunuh sesama ksatria namun ia sama sekali tidak ingin berbagi masa lalu dengan mereka. Tidak sedikitpun m. Dan Andini pun mengiyakan.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang