Killer (Part 1)

38 6 0
                                    

Di sisi lain suatu kota...

Suara keras langkah kaki memenuhi ruangan, dan seorang gadis yang masih muda tidak dapat menahan jeritannya.

"Tolong.. aku..." Ia berusaha untuk menutup mulut, seakan dapat merubah nasib dirinya. Namun langkah kaki semakin mendekat.

Drap! Drap!

"Berhenti..." Ia memohon dalam hati. Dan, pintu pun terbuka.

"TIDAKKKK!" Suara tubuh yang tertusuk pedang terdengar, dan seketika itu juga tubuh yang sama terjatuh. Tidak berdaya dengan serangan sepihak tertuju pada dirinya di malam yang kelam.

"Jangan khawatir, aku akan memberimu mimpi buruk sebelum kau mati." ujar seorang yang dijuluki Bloody Killer.

"Dasar monster menjijikkan." sang gadis terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah. Ia memutuskan sebelum ia mati, ia akan mengucapkan apapun yang ia inginkan. Namun, sang pembunuh hanya diam dan memotong tangan kanan korban dengan pedang yang terbilas merah oleh darah. Memberi reaksi verbal yang tak terduga dapat terucap oleh sang gadis pada umumnya.

"Sakit, sialan! Dasar monster menjijikkan! Brengsek!" Sang gadis tersiksa dan memegang tangan sebelum akhirnya meninggal karena kehabisan darah. Pembunuh yang membawa pedang mulai mengibaskan pedangnya untuk menghilangkan darah. Tetapi ia mendengar langkah kaki.

"Halo? Apa ada orang disini, aku mendengar teriakan," suara maskulin pun terdengar dari balik pintu. Dan sepertinya berusaha mendobrak pintu untuk terbuka.

"Jawab aku!" Kemudian, pintu terbuka. Dan dengan cepat, ia mengayunkan pedang kearah pria yang ternyata adalah polisi. Kepala yang terkena tebasan pedang pun menggelinding. Ia mulai tertawa.

"Akhirnya, aku mendapat kematian yang menghibur... siapa yang akan menjadi korbanku berikutnya~" ujarnya dengan santai sebelum pergi membawa pedang miliknya yang berkilau merah dibawah sinar bulan.


Keesokan hari...

Angga menghela napas sembari ia berdiri diluar sekolah. Setelah beberapa hari hujan, ia berpikir hari ini akan cerah tetapi nyatanya masihlah mendung walau belum terjadi hujan. Ia yang merasa kedinginan mulai memeluk sweater abu-abu lebih erat, dan teringat akan sesuatu karena ukuran yang tidak biasanya ia pakai. Ini kepunyaan milik orang lain. Orang yang tidak ia kenal dan wajah yang samar-samar diingat. Padahal merupakan pertemuan mereka yang pertama dan satu-satunya yang ia hampir mengalami kecelakaan saat itu.

Saat itu terjadi dua hari sebelumnya...
Ujian akhir sangatlah susah, dan Angga tertidur setelah belajar sampai larut malam. Alhasil, ia terburu-buru untuk sampai ke sekolah dan mengikuti ujian yang ia mati-matian belajar seharian, dan tidak menyadari ia tidak menaati tata tertib lalu lintas.

Menerobos lautan manusia yang menjadi penghalang untuk menyeberang jalan, ia hampir saja keluar dari kerumunan sebelum bagian belakang kemeja miliknya tertarik. Ia mulai tercekik oleh kerah baju yang memeluk sangat erat lehernya dan terjatuh ke belakang menabrak seseorang dan membuat keduanya terjatuh.

Walaupun tangannya berdarah akibat pendaratan yang kasar, yang Angga pikirkan adalah bagaimana ia bisa melewatkan bahwa ia hampir tertabrak bus saat lampu untuk pejalan kaki masihlah merah. Ia mendengar suara gumaman dari orang disampingnya dan memperhatikan bahwa orang tersebut terjatuh bersama dengannya, akibat menolong dirinya.

"Kamu menyelamatkanku!" pekiknya terkejut, namun dibalas dengan tatapan mata yang tajam oleh laki-laki yang berparas baik itu.

Angga berniat minta maaf tetapi ia menyadari peralatan di tasnya banyak yang terjatuh dan mulai mengambilnya. Tidak menyadari, bahwa pria tersebut telah bangkit dan meninggalkannya. Saat itu juga, Angga melirik kearah jam miliknya bahwa ia sudah kehilangan waktu berharga untuk mempelajari kembali pelajaran sebelum ujian.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang