Survivor (Part 2)

49 1 0
                                    

"Jangan berharap kita menjadi teman hanya karena aku melindungi dirimu yang menyusahkan..!" teriak Drew sembari mengangkat dan membidik pistol miliknya pada kakek tersebut.

"Tentu saja tidak!" Seakan merasakan aura perlawanan dari dua ksatria, kakek bertubuh kekar dan berotot langsung melesat dan mengarahkan cakar pada Drew. Ksatria yang membawa pistol langsung menghindar dengan cepat dan membalas dengan tembakan pertama miliknya yang menggores bahu pria tua.

"Dasar lemah!" Serangan balasan pun dilancarkan oleh sang kakek dan hampir mengenai Nadine yang menangkisnya menggunakan pedang sabre miliknya. Cakar yang tidak pernah mengenai musuh, membuatnya mengeluarkan jurus yaitu menyebarkan jarak serangan.

"Aghh!" Darah mengucur dari tangan yang tergores. Dan kemudian ia terlempar oleh tendangan kaki milik sang kakek. Ia menabrak pohon, dan Drew yang santai pun berhasil menembak dadanya.

"Sialan.. gwah!" Sang kakek memuntahkan darah merah dan diikuti darah hitam, membuatnya terjatuh.

Cahaya putih berkilauan menyelimuti Nadine dan Drew, dan mengembalikan mereka ke tempat bersinggah sebelumnya.

"Membosankan— ehh-h, maksudku selamat untuk ksatria yang berhasil mengalahkan roh Neon. Baiklah, pertarungan selanjutnya akan dilanjutkan setelah istirahat. Ksatria dari Peluda, Tama dan ksatria dari thunderbird, Irene persiapkan diri kalian." Rayn yang mempunyai wujud kecil meninggalkan ksatria-ksatria yang menatap tajam dirinya seakan ini adalah permainan baginya.

"Selamat, Nadine!" Angga mengucapkan selamat pada Nadine yang menyarungkan pedang ke pinggangnya sembari berjalan ke arah Angga dan Nathan berada. Sementara Drew ke pojok dimana Radit dan kedua rekannya berada.

"Aku keren, bukan?" ujar Nadine membanggakan dirinya.

"Kamu keren, kok." balas Angga, membuat Nadine terkejut dan memerah karena Angga baru kali ini memujinya selama ini.

Di sisi Drew dan kawannya...

"Kenapa ketika giliranku, Si Rayn sialan itu malah menundanya?!" teriak Tama yang marah. Menarik perhatian ksatria lain.

"Berisik sekali, tunggu saja." jawab Drew menyuruhnya diam. Tama pun menurutinya, menggerutu bahwa ia belum melawan roh Neon sama sekali.

"Aku penasaran siapa Irene itu..." gumam Tama sedikit keras sembari melihat ke langit-langit.

"Tanpa tahu dia pun kamu bisa lolos..." Tama menggaruk kepalanya, tidak paham.

"Yang pasti, aku tahu kamu akan lolos." ujar Radit, menundukkan kepalanya ke kedua lutut yang tengah ia tekuk.

"Bagaimana kamu tahu?" Tama menatap Radit dan ia pun membalas.

"Firasatku berkata begitu."

"Ehh??!!"

"Berisik. Dia teman sekelasku." ujarnya dengan (tidak) semangat.

"Jika dia dari kelasmu, kenapa kamu tidak mengajaknya bergabung dengan kita?" Tama memiringkan kepala dan bertanya lagi.

"Dia tidak pernah berinteraksi dengan teman atau siapapun."

"Yakin itu bukan dirimu?" ejek Tama.

"Berarti aku sekarang berinteraksi dengan hantu, dan akan kuabaikan selanjutnya." Radit tidak membalas lagi, walau Tama meminta maaf berkali-kali. Dan Andini pun menenangkan Tama.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang