Hunt (5)

2 0 0
                                    

Hari telah semakin gelap beranjak malam, sang Raja Siang perlahan mulai turun dan kembali ke menuju jalur peredarannya untuk digantikan oleh langit malam yang berwarna biru gelap dengan sedikit violet di langit kini telah diterangi oleh Ratu Malam yang saat ini sedang dalam kondisi primanya berbentuk bulatan utuh sebagai tanda malam dengan berhias bulan purnama akan terjadi malam itu.

Di bawah langit malam, terdengar suara ponsel yang berdering. Ponsel yang diletakkan di dalam saku celana pun dikeluarkan oleh seorang lelaki yang tak lain adalah Angga. Ia mengangkat panggilan tersebut, begitu melihat nama "Nadine" di layar ponselnya.

"Halo Nad, apa ada sesuatu?" tanya Angga yang sedari tadi menghentikan langkahnya dan sedang duduk di atas sebuah batu besar yang terletak di pinggir hilir sungai. Cole tentu saja bersamanya, selama seharian Angga benar-benar seperti anak yang tersesat dan tak tahu tujuan apa yang sebenarnya ingin ia capai.

Tentu saja ia sangat ingin menyelesaikan permainan yang mematikan ini, namun di babak ini hatinya mulai gundah. Angga menyadari dirinya yang terlalu naif dari orang yang ia temui sepanjang perjalanan permainan ini.

Angga terlambat menyadari betapa pintarnya Radit sampai bisa membuat Rayn membuatnya sebagai target. Bahkan, ia sampai harus mencari dimana pelindungnya ke daerah yang basah dan tidak nyaman baginya.

Namun, ia berharap bisa menyelesaikan babak ini tetapi Radit membuatnya mati kaku dalam melangkah. Tanpa tahu harus mengarah kemana untuk mencarinya.

Nadine, melampaui ekspektasinya, mulai memberitahunya tanpa berat hati.

"Aku dan Nathan telah menemukan dan menghancurkan masing-masing dari perwujudan jiwa milik Radit. Bagaimana denganmu? Apa kamu menemukannya?" Aku sama sekali tak mendengar tentangmu siang ini," jawab Nadine di seberang telepon.

Angga yang diberi pertanyaan itu hanya menghela napasnya, kemudian menggigit bibir bagian bawahnya. Dalam hatinya, ia terus-menerus mengutuk dirinya sendiri yang lambat dalam bertindak walau sebenarnya itu adalah hal yang wajar mengingat ia tidak seperti Nadine yang cepat tanggap sesuai kepribadiannya dan menggunakan kekuatannya atau seperti Nathan yang kuat dalam segala hal.

Dengan berat hati, ia menjawab.

"Aku belum menemukan satu pun pelindung Radit, maafkan aku," jawab Angga kembali.

Helaan napas pun terdengar dari seberang telepon. Sang gadis yang merupakan seorang ksatria dari Cat Sith itu seperti bisa menduga mengenai jawaban yang akan terlontar keluar dari Angga.

"Sudah kuduga. Sekarang, pergilah ke rumahku lagi. Kita akan mendiskusikan ini lebih lanjut. Kami akan menunggumu,"

"..."

"Angga?"

"Ah, iya. Baiklah aku kesana."

"... kau tidak menyalahkan dirimu kan?"

Angga tidak menjawab dan membiarkan telepon bersambung tanpa suara yang terlontar dari laki-laki yang menunduk.

"Tenang saja. Kau hanya tidak beruntung dengan dua pelindung ini karena keduanya sangat ahli dalam menggunakan kekuatannya yang unik."

"... benarkah?"

"Tentu saja. Aku bahkan tidak dapat menemukannya mengingat inderaku yang tajam."

"..." Angga tersenyum dan mendengar Nadine menutup telepon setelah mengucap beberapa kata agar ia segera ke tempat mereka.

Ponsel milik Angga pun ia simpan kembali dalam saku. Perlahan, kepalanya pun menoleh ke arah Cole yang sedari tadi hanya diam dan terbang di samping Angga.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang