Tak. Tak.
Hal terakhir yang Radit lihat adalah seorang laki-laki yang berjalan pergi setelah meninggalkan dirinya tergeletak bersama pelindungnya yang lebih muda bernama Ray.
Suara langkah kaki yang terdengar semakin keras, menandakan seseorang datang untuk menolongnya. Ia mendongak keatas dan melihat Andini bersama Kirin, penjaga yang memilih Radit datang dengab cepat.
Pandangan Radit yang mulai buram dan menghitam, mengaburkan pendengarannya yang mendengar Andini memanggil dirinya namun Radit tak sempat menjawab karena ia perlahan kehilangan kesadaran.
•
•"Radit!"
Beberapa menit kemudian, Radit perlahan-lahan membuka mata. Gelap. Ia dapat mendengar jantungnya berdetak kencang, sementara ia mencoba mengingat apa yang terjadi.
Ia kemudian menutup dan membuka mata lagi. Hal pertama yang berhasil ia ingat adalah Ray dikalahkan oleh Nathan dan ia tahu bahwa mustahil mengalahkan Nathan sendiri dengan kekuatan penuh bersama pelindungnya.
Bau mint yang terasa dekat membuat Radit menoleh walau ia tak dapat melihat.
"Siapa?"
Tentu saja ia akan bertanya karena ia seharusnya berada di hutan bersama Ray bukannya di kasur yang empuk dan halus.
Namun, ia tak dapat mengetahui siapa yang bersamanya karena Kirin langsung menyela,
"Radit, kau tak apa-apa?"
Tidak apa-apa. Sungguh kata-kata yang bermakna jelas namun tak bisa ia ucapkan. Ia merasakan marah yang tak dapat ia ungkapkan dari hatinya. Perasaan yang ia rasakan berkecamuk bercampur kesal akan Rayn memberikan rasa sakit padanya dan pelindungnya.
Namun disisi lain, ia juga merasa tak berdaya selain melihat pelindungnya dikalahkan satu persatu karena tidak mungkin ia melindungi mereka seorang diri melawan tim Angga sekaligus. Bahkan akan lebih mustahil lagi jika tim Drew ikut serta.
Kirin, yang mencoba berbicara kepada Radit hanya memasang raut cemas di pangkuan ksatria yang ia pilih.
"Kau tahu yang aku rasakan, Kirin." Radit benar. Kirin tahu apa yang ia rasakan, tanpa perlu menggunakan kekuatan untuk membaca pikiran tapi ia tidak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Radit.
Baru kali ini ia harus berusaha keras untuk menghibur seseorang.
Seorang perempuan yang berada di depan Radit membuka mulut untuk membalas laki-laki yang tertunduk lemas seakan tidak memiliki harapan untuk esok.
"Radit!" Andini memanggil dengan tegas. Ia tidak ingin melihat Radit yang seperti ini, karena itu tidak cocok dengan dirinya.
"Ini bukan seperti dirimu! Kau tidak boleh menyerah!"
Memang. Tapi bukan itu yang ia khawatirkan. Ia hanya merasa bersalah melakukan ini pada orang-orang yang sudah ia anggap sebagai teman dekatnya. Ia merasa kotor menggunakan temannya seperti ini.
Dalam hati, ia tahu bahwa keegoisannya untuk memercayakan kekuatannya kepada empat orang yang membawa mereka dalam kondisi yang menyedihkan.
"A-aku tidak..." Radit mencoba untuk berkata seperti biasa tetapi sesuatu terdengar salah. Bahkan untuk Andini dan Kirin sekalipun. Kemudian ia dapat merasakan metal di mulutnya dan menyadari bahwa dirinya menggigit bibirnya sampai mengeluarkan darah karena harus memaksa untuk mengucap kata yang tidak ingin ia ucapkan.
Kemudian, Radit menutup mata dan berharap ini hanya mimpi tanpa ada Andini dan Kirin disini tapi itu hanyalah angan-angan saja. Mereka disini dan ia dapat menebak mereka terlihat khawatir dan benar saja, ia dapat mengetahui saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Andini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of The Lesson
AventuraTak ada yang namanya ketidakadilan di dunia ini. Bagiku semua ini hanyalah takdir yang sudah ditentukan sejak kita dilahirkan. Mengeluh karena takdir itu adalah hal bodoh. Semua orang mempunyai masalah sendiri sendiri. Kalian tidak bisa menyebut ap...