Hunt (4)

8 0 0
                                    

Andini membantu membawa Radit ke tempat di mana Rena berada (karena paksaan Radit), ia sangat terkejut melihat tubuh sang gadis pelacak yang sudah terkulai tak berdaya di atas tanah. Ada beberapa luka sayatan di sekujur tubuhnya, itu pasti akibat pertarungannya dengan Nadine beberapa saat yang lalu.

Tetapi yang paling mengkhawatirkan adalah ia sudah tak lagi mengenakan cincin yang merupakan perwujudan dari jiwa Radit. Hal itu menyebabkan Radit kehilangan salah satu inderanya, yaitu indera penciuman. Namun Radit tak terlalu memikirkan hal tersebut, ia merasa kehilangan kemampuan mencium bau bukanlah suatu permasalahan yang besar, ia justru lebih mengkhawatirkan kondisi Rena yang sudah tak sadarkan diri.

"Rena!" seru Radit berkali-kali sembari mengangkat kepala Rena dan menaruh di lengan miliknya dengan mimik yang penuh rasa khawatir. Tapi tubuh yang ia pegang tak bergerak sedikit pun, jarinya yang terdapat bekas cincin meninggalkan sebuah luka tusuk yang untungnya tak terlalu dalam, namun tetap saja darahnya merembes keluar dengan perlahan. Radit pun segera memeriksa detak nadi milik Rena di pergelangan tangannya, ekspresi lega pun terlukis di wajahnya begitu ia merasakan detakan yang muncul dari nadi sang gadis.

"Sepertinya Rayn tidak mengingkari janjinya," gumam Radit pelan. Ia pun menoleh ke arah Andini. "Tolong rawat Rena dan bawa dia ke tempat yang aman. Aku merasakan ada satu orang pelindung jiwaku yang lain di hutan ini. Aku akan pergi mencari dan mengawasinya." perintah Radit sembari membaringkan kembali tubuh Rena yang terkulai di atas tanah. Andini pun mengangguk, ia segera menggendomg tubuh Rena di punggungnya.

"Radit, apa kau yakin akan melakukannya sendirian?" tanya Andini dengan wajah yang khawatir. Tetapi Radit tetap pada pendiriannya, ia menolak saran dari Andini dan menyuruhnya untuk melakukan apa yang telah ia perintahkan saja. Andini yang melihat keteguhan dari wajah Radit pun mulai mengerti bahwa mereka adalah pelindung Radit dan sudah menjadi kewajibannya untuk membantu mereka, ia segera keluar dari tempat tersebut dan pergi ke tempat yang lebih aman untuk merawat Rena.

Setelah melihat kepergian Andini dan Rena, Radit pun kini memejamkan matanya kembali untuk merasakan di mana posisi terdekat pelindung jiwanya, ia sangat yakin masih ada satu orang lagi di hutan itu.

"Baiklah, tunggu aku." serunya seraya meninggalkan tempat itu.


Di sisi lain, Nadine yang berlarian keluar dari hutan tersebut karena kelelahan, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Nathan di sisi hutan. Luka-luka ringan serta napasnya yang memburu membuat Nadine terlihat kacau daripada saat awal keberangkatannya untuk mencari pelindung Radit. Misi dari babak ini.

"Nadine, Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" tanya lelaki tersebut pada Nadine. Gadis pendekar pedang itu berusaha mengatur napasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan lelaki di hadapannya.

"Aku sudah menghancurkan satu dari perwujudan jiwa milik Radit, sekarang tersisa tiga jiwa lagi." jawab Nadine. Nathan yang mendengar jawaban darinya pun mengangguk, mengerti dengan situasi yang telah berkembang sejauh ini.

"Baik, aku mengerti. Barusan aku melihat seseorang berlarian memasuki hutan ini juga, aku akan mencarinya. Firasatku mengatakan jika dia adalah orang yang kita cari." ujar Nathan. Nadine pun tersenyum, ia menepuk bahu milik laki-laki yang berdiri didepannya sebelum meninggalkan tempat itu dan mengistirahatkan dirinya.

"Berjuanglah." kata Nadine yang kemudian berlalu dari tempat itu. Nathan pun mengangguk, ia bersegera berlari ke arah hutan untuk mencari pelindung jiwa milik Radit yang lainnya. Semakin ia berlari, ia masih belum bisa menemukan di mana posisi sang pelindung jiwa Radit di hutan tersebut. Kini ia pun terhenti begitu menemukan aliran sungai yang jernih di tengah hutan dengan bebatuan yang telah tersedimentasi di pinggiran sungai. Nathan pun mendekat ke arah sungai tersebut dan membasuh wajahnya.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang