Wish (2)

3 0 0
                                    

Drew Accosta. Seorang laki-laki biasa dalam segala aspek, atau bisa dibilang orang dapat berpikir bahwa ia adalah orang yang beruntung atau tidak beruntung di saat yang sama.

Pada akhirnya, Drew memiliki hidup yang bagus. Anak satu-satunya. Orang tua yang memiliki pekerjaan stabil dengan performa yang selalu dipuji atasan dan selalu memiliki kesempatan pergi ke luar negeri untuk dinas.

Apapun yang terjadi, ia selalu berpikir semua akan berjalan dengan baik. Nilai yang rata-rata, selera musik yang umum, semua tidak lain adalah yang membentuk dirinya.

Disisi lain, ia tidak ingin menjadi biasa. Ia ingin lebih dari itu. Ia berambisi untuk menjadi sesuatu yang spesial dan berbeda dari lainnya. Kutu buku yang selalu juara satu disekolah, atlet anak yang satu kelas dengannya, bahkan anak aneh yang selalu melukis mural di dinding sekolah mendapat pujian dari kepala sekolah.

Apapun itu, Drew iri dan mencoba menjadi sesuatu yang spesial. Tapi kenapa ia tidak bisa? Tangan yang mencoba sesuatu baru menjadi kaku dan hal yang ia ciptakan tidaklah lebih dari imitasi, kata-kata yang ia ucapkan adalah kata indah namun tidak terasa berbeda di bibirnya.

Hanya sesuatu yang bisa orang lakukan pada umumnya.

Dalam momen keputusasaan yang di rasakan, Drew melihat kotak yang mengambang di atas kamarnya. Kotak kayu tanpa ornamen atau warna spesial, sesuatu yang sama seperti dirinya.

Drew melihat sekeliling dan tak ada seorangpun kecuali dia, memasuki atau mengubah sesuatu di kamarnya. Ia menghampiri secara perlahan dengan langkah yang hati-hati sebelum menyentuh permukaan kotak.

Sring.

Kotak tersebut bersinar dan sesuatu yang memiliki aura yang pekat berada di pundaknya.

"..."

Tidak ada suara yang terucap kecuali rasa berat di pundak Drew. Ia berpaling dan terkejut melihat hewan mitos yang sering ia baca dalam buku buku.

Hydra.

Atau biasa dijuluki naga berkepala banyak.

Drew mulai berkeringat dingin namun mulutnya memberanikan untuk bicara dengan makhluk bernama Hydra.

"Siapa kamu?"

"Hydra."

"M-maksudku namamu."

"... aku tidak punya." Hydra tertunduk lemas dengan seluruh kepala ke bawah.

"Namaku Drew Accosta. Bagaimana jika aku memanggilmu Ako?"

Hydra— Ako mengangguk.

"Ada apa sebenarnya, Ako?" Drew yang mulai terbiasa dengan kehadiran dan sifat Ako, duduk santai di kasur empuk miliknya. Ia bersandar dengan tangan di belakang dan menatap langit sembari mendengar cerita Ako yang semakin membuatnya menyunggingkan bibir keatas dan tersenyum dengan lebar.

Drew menoleh untuk melihat Ako yang juga tersenyum.

"Aku memilihmu karena kamu memiliki ambisi yang tidak semua orang punya. Usahamu dan perjuanganmu, aku suka."

Drew memerah.

"A-apa maksudmu? A-aku hanya melakukan yang orang lain lakukan."

"Tidak. Orang lain tidak akan segila dirimu hanya untuk melakukan sesuatu yang mereka tidak bisa, Drew." Kepala kedua dari Ako berbicara dan kepala ketiga memarahinya karena berbicara kasar.

Drew hanya terkekeh pelan dan menjawab.

"Tenanglah, aku tahu."

"Jangan dengar si kasar ini, Drew. Dia sudah gila."

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang