Survivor (Part 1)

19 2 0
                                    

"Hwwaahh.. apa yang harus kita jelaskan pada polisi tentang ini," Angga menggaruk lehernya, dan melihat beberapa orang mengerang kesakitan mengingat mereka dirasuki roh Neon. Tangan miliknya mulai sedikit sakit karena letih menyandera pergelangan, namun perlahan sakit itu mereda dengan kekuatan milik Cole, penjaganya.

"Kita pura-pura tidak tahu dan segera lari dari sini, misi kita kan menemukan pembunuh saja. Dan—" Nadine menunjuk kearah pria itu yang tentu saja telah menghilang.

"Dia menghilang?!"

"Tenanglah, kita berhasil menyelesaikan babak ini. Rayn telah mengirimkan surat. Lagi." ujar Levi, dengan santai bersandar di bahu Nathan.

"Dan sepertinya babak selanjutnya juga akan dimulai besok, bersiaplah..." Nathan pergi sembari membawa surat yang diberikan oleh Levi.

"Eh?! Babak selanjutnya dimulai besok?" Namun Nathan dengan Levi telah menghilang.

"Sepertinya hari esok akan panjang..." ucap Angga, menyerah dan menyeka keringat. Nadine pun mengangguk dan bersama Kat dan Cole, mereka pun berjalan pulang. Ke rumah mereka masing-masing. Berharap mereka tidak terlalu lelah untuk babak selanjutnya.~


Angga tidak mengingat kapan ia terbaring di kasur miliknya, tetapi sinar matahari yang hangat di pagi hari membangunkannya dari tidur. Ia mengedipkan mata dan terbangun dan menyadari bahwa pagi hari telah datang. Ia masih memakai pakaian yang ia pakai hari sebelumnya.

Angga keluar dari kamar dan melihat orang tuanya belum pulang dan bau alkohol kemarin masih tercium. Ia berjalan ke dapur dan tersenyum masih terdapat apel untuk mengisi perutnya yang sedang lapar.

"Pagi, Cole." Cole pun menoleh dan menyapa balik Angga. Ia menyadari kondisi ekonomi Angga dan tidak meminta makanan apapun. Mengingat dirinya bisa mencari sendiri. Namun, Angga mengambil mangkok dan menaruh didepan Cole dan menuangkan sereal dan susu kedalamnya.

"Terimakasih, Angga." Cole tersenyum dengan lebar dan dengan lahap memakannya. Sebenarnya, Angga berniat menyimpannya jika terpaksa tidak ada makanan di hari-hari ia tidak berburu Neon maupun sekolah tetapi khusus hari ini saja, ia memutuskan berbaik hati pada penjaga yang memilihnya. Mungkinkah ia mulai peduli pada Cole...

"Kapan kita pergi, Cole?" Cole menghentikan makannya dan menjawab Angga bahwa saat tengah hari, babak selanjutnya akan dimulai.

Tentu saja, setelah menghabiskan sarapan mereka, Angga dan Cole memutuskan untuk pergi menemui Nathan dan Nadine, bersama dengan penjaga mereka.~

"Selamat datang di babak keempat dark game yang ke-101, ksatria dan penjaga sekalian!" seru Rayn menggunakan mikrofon yang tidak berguna sekali, mengingat suaranya sudah keras dan terdengar dengan jelas di telinga mereka. Ia menggunakan sebuah jas dan berdiri di tengah lapangan persinggahan antara Neo world dan dunia ksatria. Lapangan dengan konstruksi yang bertingkat terlihat megah bagi ksatria, mengingat stadion manapun tidak akan mampu menyaingi ini. Rayn atau lebih tepatnya bangsanya pastilah kuat jika bisa membuat lapangan sebesar ini dan seindah ini dalam waktu cukup singkat.

"Sebelum aku memberitahu permainan apa yang akan kita mainkan di babak keempat ini, aku akan memberitahu bahwa sisa ksatria yang ada tinggal 11 ksatria. Baru kali ini dark game membutuhkan waktu lama sampai ada korban. Lebih tepatnya di babak kedua," sindir Rayn sembari membentangkan kedua tangan dengan lebar.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang