Survivor (Part 3)

62 1 0
                                    

Sebuah kegelapan berjalan menyusuri hamparan keputusasaan, yang telah ia buat alhasil dari percobaan kekuatan miliknya. Memastikan bahwa tidak ada yang bisa kabur dan selamat dari serangan yang ia lepaskan.

Dalam ronde yang dijalani dalam babak ini, Salah satu dari dua ksatria yang selamat, yang merupakan seorang ksatria sekaligus orang yang menjual informasi dark game, memohon agar dirinya dibiarkan hidup, dan mengorbankan apapun untuk tetap hidup. Sementara rekannya telah terbujur kaku dan mati, berusaha mati-matian untuk mengalahkannya. Sang kegelapan tertawa dan mengibaskan pedang ke leher milik musuhnya sembari ia sudah tidak merasakan lagi ketakutan, penderitaan dan keputusasaan yang menghiburnya. Baginya itu adalah perasan terbaik daripada harus terperangkap di penjara di Neo World. Tetapi mungkin, ini dapat menjadi terapi bagi dirinya yang memiliki julukan Dark Reaper. Ia mengepakkan sayap di angkasa, dan mencari korban untuk memuaskan hasrat yang tidak dapat dibendung kembali.~

"Apa kita bisa berhenti sebentar, Dit?" tanya Angga dengan napas yang tidak teratur. "Kakiku sakit."

Radit memegang kepala, sembari menghela napas panjang. "Kita baru berjalan satu jam. Apa kamu tidak bisa menahan sampai kita mencapai tujuan?"

"Tentu saja bisa tetapi aku belum makan sedikitpun dan sekarang mungkin akan berakhir pada tahap dehidrasi jika ini diteruskan." rengek Angga membuat Radit marah.

"Kamu pikir aku sudah makan sebelum dipindah ke dunia antah berantah ini?" gumam Radit, dan terdengar oleh laki-laki yang tengah duduk di sebuah batu besar. Untuk memastikan Radit melihatnya sudah siap untuk pingsan kapanpun.

"Baiklah, baiklah. Kita beristirahat selama beberapa menit. Aku akan melanjutkan mencari makanan dan minuman. Tunggulah disini." Radit mulai berjalan dan diikuti Angga. Ia mulai marah dengan sikapnya yang tidak jelas.

"Kenapa kau mengikutiku? Bukannnya sudah kubilang akan mencari makan dan minum, apa masih kurang?"

"Jika itu niatmu lebih baik aku ikut sekalian istirahat disana, daripada kamu kelelahan nantinya." Angga tersenyum lega. Ia tidak sabar mencapai surga untuk memenuhi kebutuhan biologis miliknya.

"Terserah." Hutan yang diselimuti oleh rerumputan yang hijau. Buah yang tumbuh disini, sangat eksotis dengan warna yang cerah dari batang yang sangat berat. Semak-semak dengan buah berry yang besar berwarna biru menarik perhatian Angga.

"Wow." Angga menikmati pemandangan disekitarnya dengan mata yang ingin memuaskan dirinya sebelum dilahap sendiri Angga.

"Apa kamu ingin melihat atau segera mengisi perutmu yang lapar?" ejek Radit yang bersandar di pohon.

"Hah~ Baiklah," Angga menyerah, kemudian mengambil satu persatu dan memakan buah yang lezat ini.

"Bagaimana denganmu, Radit?" Ia menatap Radit dan mendengar suara seperti karet. Ia melirik kearah tangan kanan milik Radit. Dan membuatnya terkejut. Terdapat warna merah darah. Ia ingin membuatnya berhenti tetapi sepertinya Radit tidak akan senang dan memutuskan untuk membiarkannya.

Setelah beberapa saat, Radit berhenti dan tersadar akan kilas balik masa lalu dirinya.

"Maaf, aku tidak sadar tadi. Apa sudah selesai?" Angga mengangguk.

Sementara Angga bersama Radit yang berjalan berdampingan memaksakan diri agar tidak memicu emosinya. Dan karena pertarungan ini hanya untuk ksatria, maka penjaga dilarang menemani dikhawatirkan adanya intervensi. Dan Radit menjentikkan kembali sebuah karet gelang berwarna oranye pada pergelangan tangan miliknya.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang