Trust

43 10 1
                                    

"Aku ingin sendirian, Cole."

"Angga.."

Angga dapat melihat bahwa Cole khawatir dengan dirinya tetapi ia mengabaikannya. "Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya butuh waktu saja untuk berpikir, jadi, tolong..." suaranya sedikit bergetar, tak mampu menyembunyikan perasaan yang ia pendam. "Tinggalkan aku sendiri."

Cole menganggukkan kepala dan sedikit ragu, meninggalkan Angga sendiri. Setelah ia pergi, Angga menarik lututnya sampai ke dadanya. Baru kali ini ia merasa seperti ini, perasaan kehilangan teman yang baru saja ia kenal masih melekat dalam diri Angga. Pandangan mata yang awalnya jelas menjadi buram karena air mata yang tertahan di kelopak matanya.

Awal pertemuan yang buruk, perkenalan yang tak menyenangkan menjadi suatu perjalanan yang terhindarkan bagi Angga. Dia merasa tak menyesal bertemu dengan Radit. Namun, yang mengganggunya hanyalah suatu akhir dari sebuah kisah yang Radit jalani, dan kisah yang disembunyikan dari Angga.

Tentu saja, tidak adil baginya untuk mencoba memahami sesuatu yang tidak pernah ia ketahui sendiri. Lebih dari apapun, Angga benci karena dia tidak bisa mengatakan bagaimana perasaannya saat ini. Dia bahkan tidak bisa membisikannya dengan harapan agar dia dapat didengar karena... Angga sendiri tidak tahu apa yang harus ia katakan. Penyesalan. Rasa bersalah. Semua itu adalah sesuatu yang dia tidak pernah sentuh sebelumnya, bahkan rasakan sebelumnya.

Dengan air mata yang terjatuh untuk pertama kalinya dan erangan pelan yang keluar dari mulutnya, pintu mulai terbuka. Dia melihat keatas untuk melihat Cole yang sedang memandang dirinya, kecemasan terpampang jelas dari ekspresi wajah Cole.

"Aku mendengar kamu menangis," bisik Cole. "Aku tahu aku tidak berhak ikut campur tetapi kamu adalah ksatriaku. Jadi... maaf."

Angga tidak berkata apa-apa, dan mencoba menyembunyikan wajahnya dari Cole. Dia tahu bahwa Cole sangatlah peduli padanya, tetapi dia tidak ingin kepedulian itu berubah menjadi rasa kasihan.

"Aku tidak apa-apa, beri aku waktu dan nanti kita akan berburu Neon bersama." kata Angga dengan dinginnya, sambil menghindar dari tatapan Cole.

"Apanya yang berburu Neon," Cole menatap tajam seorang yang selalu bersama dengannya.
"Kau pikir mengalahkan Neon akan mudah dengan hatimu yang setengah-setengah. Kamu menyedihkan, Angga. Aku pikir kamu lebih baik dari ini, dan juga seharusnya kau pikirkan bagaimana keadaan kakaknya. Dia terpukul sekali kau tahu." jawab Cole dengan tegas.

Angga memilih untuk tidak diam saat mendengar perkataan hewan mitos yang terbang didekatnya.

"Pikirkanlah, ketika Radit sadar apakah dia akan senang melihatmu seperti ini?" Cole berbalik meninggalkannya. Seorang laki-laki muda mulai terdiam setelah diberi nasihat oleh hewan yang telah hidup berabad-abad lamanya. Dia mulai berdiri, ketidak-yakinan masih melekat dalam dirinya, dan dia tahu bahwa masih banyak yang ia belum tahu mengenai Radit tetapi itu akan menjadi tujuan keduanya setelah ia menang nanti. Dengan tujuan yang ia sudah putuskan, dia mulai melangkah dengan sedikit harapan.~


"Jadi, dimana lagi kita akan menemukan Neon?" tanya Radit kepada Kirin. Lengan yang memegang senjata api khusus tengah bersandar di pinggang kanan dan melepaskan lelah. Dengan cleaners yang juga sibuk membersihkan sisa pertarungan mereka.

"Untuk hari ini, kelihatannya tidak banyak, Radit. Mungkin yang lainnya sudah membereskannya." Radit masih memikirkan apa tujuan dari pembasmian Neon. Dan kenapa membutuhkan Kirin dan lainnya. Banyak pertanyaan yang belum terjawab tetapi malah bertambah seiring dengan tahap pertama dari dark game.

Secret Of The LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang