Setelah Aisyah mandi dan sudah menunaikan shalat Isya, begitu sunyi malam saat ini. Aisyah selalu bersholawat meski keadaan rumahnya begitu sepi. Entah kenapa perasaan Aisyah tiba-tiba mengingat perkataan Fion lagi dan lagi.
"Astagfirullahalazim, apa yang aku pikirkan!"
Aisyah langsung sadar dengan pikirannya yang begitu aneh, padahal dirinya telah berjanji tidak akan memikirkan hal begitu lagi. Berbeda dengan Fion yang melamun di balkon kamar miliknya.
"Kenapa, gue jadi mikirin perkataan gadis ninja itu?" tanya Fion pada dirinya sendiri sambil mulai menatap bintang di langit malam.
Saat ini Fion hanya bisa diam sambil memikirkan perkataan Aisyah di kampus tadi, serta saat ini dirinya mulai penasaran dengan dunia Islam.
_
_
_POV Aisyah
Hari ini sedikit mendung bagiku, entah kenapa rasa saat ini menjadi bimbang untuk berangkat ke kampus. Cadar hitam yang aku kenakan selalu terlihat indah meski mereka selalu menganggap ini adalah topeng ataupun merasa diri ini buruk.
"Mending berangkat daripada bosan di rumah."
Detik ini hujan mulai turun meski rintik-rintik, tapi tidak akan menghalangi diri ini untuk ke kampus. Terutama bertemu dengan anak berandal itu lagi.
"Kali ini, aku akan selesaikan semua maksud dari anak berandal itu!"
"Sudah berapa kali, dirinya telah menjadi stalker."
Dengan cepat mobil hitam milikku langsung berjalan menuju kampus. Saat menuju ke kampus. Aku tidak akan pernah lupa untuk tidak mengajak Risa untuk menemani hari ini untuk menemui Fion.
"Aisyah, kamu yakin mau temuin anak berandal itu?" tanya Risa masih tidak percaya.
"Iya, kali ini harus jelas. Apa maksud dia selama ini!" ketusku dengan dingin.
Terlihat wajah Risa sangat tegang, mungkin ini pertama kalinya dirinya menemui bad boy kampus itu. Tidak dengan diriku yang sangat tidak sabar untuk tidak lagi menjadi sasaran empuk anak berandal itu lagi.
"Tenang saja, Allah selalu ada bersama kita. Tentu tidak akan terjadi apa-apa!"
"Tapi, dia itu ...."
Dia itu apa? Kenapa dia begitu ditakuti, apa karena dia anak orang kaya sehingga semua orang sangat mengagumi anak berandal itu. Risa, ayolah jangan jadi penakut. Kali ini tolong temanin saja diriku ini.
"Aisyah, itu Fion!"
Fion? Tepat sekali, hari ini akan selesai tanpa basa-basi lagi. Aku langsung mengejar Fion yang sedang menuju ke belakang gedung kampus, untung mobil tadi sudah aku parkir.
"FION!" pekikku dengan keras sehingga akhirnya Fion menoleh kearahku.
"Aisyah?" tanya Fion bingung saat aku dan Risa mendekati dirinya.
Risa hanya diam berjarak jauh dariku, berbeda dengan aku dan Fion yang sekarang berhadapan meski jarak masih terlampau jauh. Sedangkan Risa hanya bisa memalingkan wajahnya karena tatapan tajam Fion.
"Kenapa, kamu menatap Risa dengan tatapan tajam begitu?" tanyaku penasaran meski tidak menatap mata berandalan itu.
"Ah, lho kangen gue?" tanya Fion ceplas-ceplos.
Pertanyaan apa itu? Tidak, aku tidak sama sekali merindukan dirinya. Aku hanya ingin menyelesaikan apa mau dari bad boy kampus ini saja, sungguh tak ingin sekali menemui dirinya tapi mau bagaimana lagi. Masalah ini harus segera selesai sebelum menjadi makin rumit suatu saat nanti.
"Sebenernya, mau kamu itu apa?"
"Mudah, lho jadi pacar gue!"
Sungguh kemauan yang gila, agamaku sungguh melarang manusia mendekati zina terutama pacaran. Kali ini pikiran Fion sudah sangat tidak waras hingga meminta sesuatu yang mustahil akan aku lakukan.
"Tidak akan!" ketusku dengan dingin kali ini.
"Bisa kita bersama?" tanya Fion pelan.
DEGH!
Hati ini terasa berdenyut saat mendengar pertanyaan yang sungguh tidak aku paham, dia seorang Kristen dan aku seorang Islam. Sungguh perbedaan yang dalam keyakinan dan kepercayaan.
"Berhenti, Fion!"
"Aisyah, sebenernya lho itu kenapa sih?"
"Kita itu beda keyakinan, cintai salib yang berada dilehermu dan hargai tasbih ditanganku!"
Risa begitu terkejut, terlihat dari raut wajahnya. Tapi itu benar. Kita berbeda dan tak akan pernah berubah, aku yakin kalo ini semua hanya permainan manis berandal itu.
"Hahahaha, gue gak serius. Gue ini hanya ingin topeng munafik lho itu lepas!" sindir Fion sambil menatap tajam kearah diriku.
"Hah!" sentakku kaget dengan perkataan Fion kali ini.
"Lho itu busuk seperti buah, cuma bagus dikulit dan busuk di dalam!" ketus Fion dengan penuh penekanan.
Plaaak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terhalang Keyakinan (HIATUS)
Ficção AdolescenteAisyah Putri Syahwalani yang merupakan seorang muslimah yang taat sehingga bertemu dengan seorang Bad Boy yang kebetulan dia adalah seorang yang taat dalam Agama ya, yaitu Kristen. sungguh berbeda dengan Aisyah yang menganut agama Islam. perbedaan...