Keluarga Aisyah dan Fion langsung pulang ke rumah setelah Fion telah resmi menjadi seorang muslim. Terlihat saat mereka sampai, Aisyah sudah menunggu dengan bahagia. Meski terlihat raut wajah cemas dibalik cadarnya.
"As'salamualaikum!"
"Wa'laikumsalam."
Aisyah langsung menjawab salam dari keluarganya terutama Fion. Meski masih baru untuk Fion, kata salam dan ucapan yang dilakukan sudah mulai perlahan membaik.
"Silakan masuk," ucap Aisyah sambil mempersilakan keluarganya dan Fion menuju ruang tamu.
Saat Fion ingin masuk, tiba-tiba dicekal oleh Bryan, terlihat wajah yang sedikit serius membuat Fion sedikit takut bahwa ada penolakan dari anak sulung Gara.
"Boleh kita bicara berdua?" tanya Bryan dingin sambil menatap mata Fion.
Fion langsung mengangguk setuju dan mengikuti langkah Bryan menuju lantai dua, sedangkan Aisyah sangat bingung apa yang akan dilakukan oleh abangnya.
Sekarang Fion dan Bryan berada di balkon kamar tamu, terlihat suasana malam yang begitu indah dengan bintang yang bersinar terang. Bryan berdiri di belakang Fion sambil menghela nafas panjang.
"Gue gak mau basa-basi, sebagai seorang kakak bahkan orang tua kedua bagi Aisyah. Apa lho sanggup menerima apa adanya adikku?" tanya Bryan sambil mulai menghadap tepat di depan Fion.
Fion terlihat diam saat pernyataan dari Bryan terlontar untuknya, sambil menghela nafas panjang. Fion langsung menatap lekat mata Bryan.
"Dulu, gue sangat suka menganggu Aisyah. Tapi setiap yang gue lakukan pasti ada kata yang terlontar dari mulut Aisyah yang membuat gue terdiam seribu bahasa."
"Diam seribu bahasa?"
"Dia wanita pertama yang membuat gue sadar satu hal dalam perasaan. Orang yang tidak memandang gue buruk atau baik dianggap olehnya sederajat, bahkan baginya yang paling berharga adalah auratnya bukan harta dan tahta!"
Bryan masih setia mendengar penjelasan Fion, meski jarak umur mereka hanya dua tahun, baginya perasaan Fion terhadap Aisyah itu penting. Dia tak ingin salah langkah untuk memilih pasangan hidup Aisyah.
"Dan intinya, gue serius dalam hati terdalam dan bakal membimbing Aisyah ke Jannah!" seru Fion semangat sehingga membuat Bryan tersenyum kecil.
"Gue percaya, tapi jika lho gagal. Gue gak akan tinggal diam untuk merebut kembali adik gue!" ketus Bryan sambil melangkah pergi meninggalkan Fion.
Fion bahkan terdiam kaku mendengar perkataan dingin Bryan, berarti hubungan ini telah ada restu dari anak sulung Gara. Dengan gembira Fion sampai melompat bahagia sehingga membuat rambut miliknya menjadi acak-acakan.
"HORE, GUE BAKAL NIKAH SAMA AISYAH!"
PLETAK!
Satu jitakan mendarat di kening Fion, ternyata Bryan belum sepenuhnya keluar. Terlihat raut wajahnya kesal dengan teriakan Fion yang begitu besar bahkan Gara dan Khadijah juga mendengar dari lantai bawah.
"Lho aja belum lamar, malah main bilang nikah aja!" ketus Bryan sambil menatap kesal kearah Fion.
"Aduh, namanya juga semangat. Ampun atuh kakak ipar!" ejek Fion sambil menatap ledek kearah Bryan.
'Ya ampun, nih anak malah ngelunjak kayak setan!' batin Bryan sambil menepuk jidatnya karena ulah Fion.
Fion langsung nyelonong keluar dengan raut wajah yang begitu ceria, bahkan membuat Bryan melongo kaget melihat kelakuan calon suami Aisyah.
"Setelah ini, gue jadi nyesel kasih restu!"
Saat Fion turun dari lantai dua bersama Bryan, Aisyah langsung menunduk pandangannya agar tidak menatap Fion. Gara langsung menyuruh Fion duduk dan terlihat wajah Gara sedikit serius sekarang.
"Nak Fion, besok suruh orang tuamu untuk menghadap saya untuk membahas lamaran kamu. Dan jangan lupa satu hal!"
"Satu hal apa?"
"Panggil saya Abi, karena kamu sudah saya anggap seperti anak sendiri. Jangan lupa pelajari lagi agama Islam dan jangan lupa shalat lima waktu."
Fion langsung tersenyum, betapa bahagia dirinya. Setelah Alden sekarang Gara yang menjadi sosok figur ayah untuknya. Terlihat Aisyah dan Bryan sedikit cemberut kalo Gara menganggap Fion sebagai anaknya.
"Baiklah, A--a--bi!"
Keluarga Aisyah menjadi hangat seketika, Fion awalnya mengira keluarga Aisyah akan menentang keras hubungan dia dan Aisyah. Langkah serta agama yang baru telah mengubah jalan logikanya menjadi baik. Dari jalanan berubah Mualaf.
'Fion, kamu telah membuktikan bahwa ini bukan main-main!' batin Aisyah.
'Besok, yang akan menjadi saksi bahwa gue yang telah mengambil hati milikmu. Aisyah sang gadis bercadar kampus!' batin Fion sambil menatap Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terhalang Keyakinan (HIATUS)
Roman pour AdolescentsAisyah Putri Syahwalani yang merupakan seorang muslimah yang taat sehingga bertemu dengan seorang Bad Boy yang kebetulan dia adalah seorang yang taat dalam Agama ya, yaitu Kristen. sungguh berbeda dengan Aisyah yang menganut agama Islam. perbedaan...