Aisyah .35.

765 101 4
                                    

"Lepasin, bodoh!" bentak Rosa saat anak buah Zean menarik paksa wanita itu.

Zean langsung menatap Rosa dengan tajam, karena dirinya sangat mencurigai wanita itu akan ulah dia.

"Jujur saja, lho yang neror Aisyah?" tanya Zean sambil memegang dagu Rosa degan keras.

"Apa-apaan lho, narik gue kek gini hanya karena Aisyah diteror gitu?" tanya Rosa balik dengan emosi.

Zean langsung menarik lengkuk leher Rosa sehingga wanita itu langsung spontan menatap Zean dengan tajam. Wajah yang begitu dekat membuat Rosa merasakan deru nafas Zean.

'Dekat sekali, perasaan apa ini!' batin Rosa.

"Gue nanya!" bentak Zean keras.

Rosa langsung diam dan tiba-tiba saja air matanya langsung menetes saat bentakan keras dari Zean. Karena melihat Rosa yang telah menahan air matanya langsung melepaskan genggamannya.

"Kenapa lho nuduh gue? padahal gue gak sama sekali neror Aisyah. Bahkan gue gak tahu di mana tempat tinggal mereka. Dan lho seakan-akan cuma tahu dalangnya hanya gue doang!" bentak Rosa balik sambil mengusap air matanya.

"JIKA BUKAN LHO, SIAPA LAGI!?'' tanya Zean dengan keras bahkan membentak Rosa.

Plaak!

Satu tamparan keras mengenai Zean, saat pegangan kedua anak buahnya Zean melepaskannya. Dirinya begitu tidak percaya jika Zean langsung menuduhnya.

"GUA MEMANG MAU HANCURIN HUBUNGAN MEREKA, TAPI GUE UDAH SEPAKAT DENGAN LHO BAHKAN KERJASAMA. TAPI LHO SEAKAN-AKAN NYALAHIN GUE SEMUA!" bentak Rosa dengan keras dan langsung pergi.

Sebelum pergi, Rosa langsung menoleh sebentar sambil mengusap air matanya. Terlihat Zean terdiam sambil memegang pipinya yang tertampar oleh Rosa.

"Sekali lagi gue ucap, gue bukan pelakunya tapi melainkan orang lain!" ketus Rosa sambil langsung melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat Zean.

Zean masih diam bahkan mengepalkan tangannya dengan keras. Emosi yang terlihat sudah ada pada diri Zean. Tapi entah kenapa sedikit perih saat melihat Rosa menangis karenanya.

"Kita sama, tapi di sini kita adalah tokoh penjahat yang tak akan pernah tahu. Apakah bisa merasakan cinta?" tanya Zean pelan sambil menatap sedu kearah depan.

~OoO~

Fion sedikit ragu untuk masuk kedalam setelah dirinya meninggalkan Aisyah tanpa pamit setelah kejadian teror itu. Dirinya harus segera menuntaskan masalah ini dan mencari tahu siapa dalang konflik mereka.

''Sayang!'' panggil Fion pelan dan lembut saat memasuki kamar.

Terlihat Aisyah tidur membelakangi Fion. Bahkan Aisyah sadar bahwa suaminya telah pulang dan mendengar suara Fion. Tapi Aisyah seakan enggan menjawab karena terlalu sakit bahkan dirinya tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu suaminya.

"Udah tidurnya?" tanya Fion sekali lagi tapi nihil tetap Aisyah tidak menjawabnya.

Fion langsung diam dan beranjak ke kamar mandi untuk menganti pakaiannya.

'Maafin, Aisyah. Ya Allah!' Batin Aisyah.

Saat Fion sudah selesai mandi tapi tetap melihat Aisyah yang masih posisi berbaring seakan sudah tidur. Betapa sakit hatinya melihat Aisyah tidak sama sekali menyahut.

Fion langsung naik ke ranjang dan memeluk erat tubuh Aisyah. Sedangkan Aisyah sangat terkejut dengan itu, karena Fion memeluknya dari belakang. Tapi terasa basah di pakaiannya karena tiba-tiba saja Fion menangis.

"Maafin Kakak!''

"Maaf, karena tidak pernah menceritakan masa lalu sehingga Adek yang merasakan teror ini."

Aisyah yang tak tega jika sang suami menangis karenanya, langsung saja membalikan badannya dan mengusap air mata Fion.

"Jika tak kuat untuk bercerita, jangan diceritakan dulu. Tenangkan hati!" ketus Aisyah sambil mengusap air mata Fion.

"Maaf," ucap Fion lagi dan mempererat pelukannya.

Aisyah hanya bisa mengelus rambut Fion agar menenangkan suaminya itu. Betapa perih juga hatinya. Saat pernikahan yang masih berumur beberapa hari, sudah diujikan oleh Allah SWT.

"Besok, bang Bryan akan melamar seseorang."

"Hah!"

Cinta Terhalang Keyakinan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang