Chapter 23

1.5K 204 10
                                    

Sudah keburu janji, jadi aku update lagi. Padahal baru aja aku up cerita Dear You, boleh dicek juga ya, siapa tau ceritanya nyantol di kalian.

Happy Reading.
***

Keadaan Oma sudah berangsur membaik. Tetapi masih harus melakukan pemulihan, sehingga untuk dua hari ke depan mengharuskan Oma tetap di rawat intensif.

(Namakamu) sudah tak secemas beberapa hari yang lalu. Sekarang ia sudah lega jika meninggalkan omanya sekedar untuk pulang, dan beristirahat dalam beberapa jam.

Kali ini pun ia dibantu Aldi yang dengan senang hati mau menggantikannya untuk menjaga Oma di rumah sakit.

"Aku anterin kamu, habis itu baru aku pergi ke bandara ya."

(Namakamu) kini sedang memakan sarapannya, di temani Iqbaal tentunya. Sedangkan Kenzo dan Kevin? Keduanya sudah berangkat.

Hari ini adalah hari keberangkatan Iqbaal ke Australia. Sebenarnya hari dimana Oma awal dirawat menjadi hari keberangkatan Iqbaal. Dengan terpaksa Iqbaal harus memundurkan jadwal penerbangannya.

Sebenarnya Iqbaal masih berat untuk meninggalkan sang istri, apalagi beberapa hari terakhir ini (Namakamu) tampak sangat kelelahan. Bahkan makan pun seperti tak memiliki selera. Lihat saja sekarang, sarapan Iqbaal sudah habis beberapa menit yang lalu. Namun makan (Namakamu) baru tersentuh setengahnya? Hal ini sungguh membuat Iqbaal tak tega.

Jika bisa, mungkin Iqbaal sudah membatalkan keberangkatannya.

Planning yang Iqbaal buat bersama (Namakamu) harus benar-benar Iqbaal batalkan. Iqbaal harus berangkat sendiri, dan dengan berat hati pula harus membiarkan Istrinya berada jauh dari pengawasannya.

Mungkin Iqbaal nanti akan sangat merindukan istrinya!

"Nanti kamu telat Bay." (Namakamu) benar-benar merasa berat, dan sangat tak sanggup jika harus berjauhan dengan Iqbaal. Bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Kamu sedih aku berangkat? Lebih baik aku enggak berangkat aja deh ya sayang."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, karena benar-benar tidak setuju dengan keputusan dari Iqbaal.

"Semalam udah kita bahas loh Bay." Keduanya memang sudah membahas tentang hal ini semalam. Dengan kesepakatan bersama, Iqbaal akan tetap berangkat hari ini. Dan jika keadaan memungkinkan (Namakamu) akan menyusulnya nanti.

Iqbaal tahu istrinya itu sedang memikirkan banyak hal, raut wajahnya tak bisa membohongi Iqbaal.

Dengan cepat Iqbaal bangkit. Seakan-akan tahu apa yang akan suaminya itu lakukan, dengan senang hati (Namakamu) langsung memeluk erat pinggang Iqbaal sambil terduduk.

Sebenarnya sangat wajar jika Iqbaal sewaktu-waktu akan pergi untuk urusan kantor, (Namakamu) sudah mewanti-wantinya sejak dulu. Tetapi rasanya begitu berat membiarkan Iqbaal pergi, apalagi jika mengingat berapa lama Iqbaal pergi dan kemana dia pergi. (Namakamu) benar-benar tak ingin berjauhan dari Iqbaal.

Tentang hal ini, (Namakamu) tidak boleh egois.

"Nanti kamu gimana?" Dengan lembutnya Iqbaal memberikan usapannya pada punggung (Namakamu), dan sesekali memberikan kecupan di dahi istrinya itu.

Sikap (Namakamu) akhir-akhir ini lah yang membuat Iqbaal tak tenang. Istrinya itu sekarang sangat susah untuk makan, lebih cenderung diam, tidur pun selalu malam karena mengeluh tak bisa tidur.

"Aku bakal baik-baik aja. Tolong kasih kabar sama aku terus. Setiap hari." Peringat (Namakamu) yang tengah mencari kenyamanan dalam pelukan Iqbaal.

Kata akan baik-baik saja yang istrinya lontarkan benar-benar tetap tidak bisa membuat hati Iqbaal tenang. Sangat berat rasanya untuk pergi.
Tetapi dua-duanya pun adalah kewajibannya. Lagi pula ini sudah mereka bahas semalam, mau tak mau Iqbaal tetap menjawabnya dengan anggukan.

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang