Chapter 26

1.4K 212 10
                                    

Aku up lagi ya guys, maaf karena jarang up kemarin-kemarin soalnya aku ikutan event jadi sibuk next cerita yang itu deh...

Happy Reading.
***

Sepanjang hari ini (Namakamu) habiskan hanya untuk beristirahat.
Ia pikir pusingnya akan hilang jika sudah meminum obat lalu beristirahat, nyatanya pusing di kepalanya sama sekali belum mereda.

Bahkan untuk sekedar beranjak dari tempat tidur pun rasanya begitu tak bertenaga.

(Namakamu) hanya mampu memejamkan matanya. Di rumah hanya ada dirinya sendiri, rasanya ingin menangis. Kepalanya benar pusing, tubuhnya lemas, dan badannya demam. Tak ada yang bisa membantunya.

Dengan sekuat tenaga, (Namakamu) berusaha terbangun dan mencoba untuk meraih ponselnya yang berada di ujung nakas.

Sambil sesekali meringis, (Namakamu) berusaha mengetik pesan untuk ia kirim.

Jika seperti ini ia malah merindukan Iqbaal. Andai saja Iqbaal ada disini, bersamanya, mungkin (Namakamu) sudah sembuh.

Tak banyak yang bisa (Namakamu) lakukan, dan tak ada pilihan lain, selain meminta bantuan.

Saat tangannya sibuk memijat keningnya, terdengar bunyi nyaring dari ponsel (Namakamu). Ada yang menelponnya.

"Assalamualaikum Bunda..." Suaranya pun terdengar begitu lemah.

'Wa'alaikum Salam, kamu mau bunda bawain apa? Biar sekalian, bentar lagi juga bunda mau jalan sama Teh juga.'

Tak ada pilihan lain selain meminta tolong kepada mertuanya. Kalau harus menyuruh adik-adiknya pulang, rasanya percuma.

"Enggak usah Bun, aku cuman mau di temenin. Enggak berani sendiri dirumah." Paling tidak dengan adanya Bunda Rike, (Namakamu) tak perlu takut."Maaf bikin bunda susah..." Lanjutnya lagi.

(Namakamu) merasa kurang pantas saja jika malah mertua yang direpotkan. Bukankah harusnya menantu? Jika Oma tahu, mungkin dengan senang hati Oma memberikan omelannya.

'Nggak papa, kamu juga kan anak bunda. Masa iya kamu sakit, terus bundanya diem aja? Kan enggak mungkin.'

Keberuntungan berikutnya yang (Namakamu) dapatkan setelah menikah dengan Iqbaal adalah, mendapatkan mertua yang baik. Jika mendapatkan perhatian dari Rike, ia benar-benar seperti mendapatkan perhatian dari mamanya.

"Makasih Bun..." Tak banyak yang bisa (Namakamu) katakan, mertuanya benar-benar baik.

'Iya sayang, sama-sama.'

***

Bunda Rike datang bersama teh Ody dan juga Ara. Sayangnya teh Ody hanya mengantarkan bunda, dan tak lama dari itu, langsung berpamitan pulang.

Dia datang membawa bubur ayam, dan obat-obatan untuk (Namakamu). Lengkap dengan beberapa buah-buahan.

Begitu Bunda Rike datang (Namakamu) langsung makan, lalu minum obat dan beristirahat dalam satu jam. Berhubung sudah magrib, jadi (Namakamu) terpaksa dibangunkan oleh bunda Rike.

Meskipun terbilang sebentar, tetapi sekarang (Namakamu) sudah merasa lebih baik, dan juga sakit di kepalanya sudah cukup mereda.
Kini ia hanya mampu bersandar di kepala ranjang sambil memakan beberapa buah-buahan.

Kini ia hanya mampu bersandar di kepala ranjang sambil memakan beberapa buah-buahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang