Chapter 49

1K 109 11
                                    

Enggak mau bilang apa-apa...
Intinya setelah sekian purnama akhirnya cerita Puput sudah menemukan endingnya.

Aku terharu...

Semoga kalian diberi kesabaran ya guys...

Aku kaget pas tau ternyata cerita ini udah 5 tahun lebih...😭

Happy Reading.

"Baik jika memang jenis kelaminnya ingin dirahasiakan." Dokter itu hanya mampu tersenyum dengan pasangan suami istri yang kini tengah duduk dihadapannya.

USG, mungkin dalam sejarah medis, hal itu sangat berperan penting.

Dari bulan ke bulan, kita akan mengetahui sedikit banyaknya perkembangan bayi kita.

Sehat dan tidaknya, berkembang secara bertahap. Bahkan karena hal itu pula kita bisa mengetahui jenis kelamin dari si jabang bayi.

Tampaknya hal itu akan selalu menjadi moment yang setiap orang tua nantikan.

"Yang terpenting, ibu dan bayinya sehat. Dan semoga tidak ada hambatan apapun sampai waktu persalinannya nanti."

Ada beberapa alasan kenapa mereka memilih untuk merahasiakan jenis kelamin dari sang bayi.
Mungkin mereka akan merasa lebih baik, jika mengetahuinya nanti saja. Saat kelahirannya tiba, baru mereka akan tau laki-laki atau perempuan.
Intinya, apapun jenis kelaminnya, bayi yang (Namakamu) kandung, tetaplah anaknya dan Iqbaal.

"Amin, terima>kasih banyak Dokter..."

"Iya Bu, sama-sama. Dan jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sekiranya bisa menghambat. Karena biasanya hormon ibu hamil memang jauh lebih sensitif."

(Namakamu) sempat melirik Iqbaal sejenak, lalu setelahnya memberikan anggukannya guna mengiyakan ucapan dari Dokter.

"Baik Dokter, sekali lagi terimakasih. Permisi Dok."

Mereka pun secara beriringan melangkah keluar dari ruangan pemeriksaan.

Dengan tangan Iqbaal yang begitu penuh kelembutannya, menggenggam tangan (Namakamu).
Bahkan senyuman itu pun tak pernah pupus dari wajahnya.

(Namakamu) yang hanya mampu menatap Iqbaal dari samping pun mengernyitkan sebelah alis.

Ada apa dengan suaminya ini?

"Jadi kamu hari ini mau makan apa? Atau mau belanja? Bilang sama aku. Sebelum pulang kita mampir dulu ke tempat yang kamu mau. Jalan-jalan..."

Sontak penuturan dari Iqbaal mampu membuat (Namakamu) menghentikan langkahnya. Dan secara otomatis langkah Iqbaal pun ikut terhenti.

"Kenapa?" Bukan (Namakamu) yang bertanya, tetapi lontaran pertanyaan itu malah datang dari Iqbaal.

(Namakamu) langsung mengapit rahang Iqbaal dengan tangan mungilnya yang bebas, tidak tergenggam.

Berusaha membaca isi kepala Iqbaal lewat tatapannya.
Iqbaal memang suka sekali berbuat manis dan terkadang begitu perhatian kepadanya.

Namun, kali ini (Namakamu) merasakan perbedaannya.

"Bukannya aku yang harus tanya itu ke kamu. Kenapa?"

Bukannya menjawab Iqbaal malah terkekeh. Sambil mengusap pucuk kepala (Namakamu) karena rasa gemasnya.

Kini kedua tangan (Namakamu) sudah berhasil Iqbaal genggam. Posisi keduanya kini sudah saling berhadapan.

"Kamu tau? Rasanya baru kemarin aku yang masih labil, hidup aja masih berantakan banget. Semuanya, semau aku. Tanpa tujuan... Tiba-tiba sekarang aku udah diposisi ini, jadi seorang suami. Bahkan sebentar lagi aku bakal jadi Ayah. Semua kebahagian ini benar-benar belum pernah aku bayang sebelumnya. Terimakasih banyak, karena kamu udah hadir dalam kehidupan aku."

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang