Chapter 32

1.2K 166 11
                                    


Semoga kalian suka sama chapter ini...



Happy Reading.

(Namakamu) hanya mampu menepis sesuatu yang sejak tadi hinggap pada pipinya.

Hawa kantuk benar-benar ia rasakan. Jadi (Namakamu) berusaha untuk tak mempedulikannya. Mungkin itu Iqbaal.

Matanya benar-benar sulit untuk terbuka. "Baay..." Panggilnya kepada Iqbaal dengan mata yang masih terpejam.

"Heem..."
Iqbaal hanya membalasnya dengan berdehem.

"Jam berapa?" Tanyanya lagi. (Namakamu) hanya takut jika ini sudah pagi.

Walau pun begitu, tangannya malah sibuk merapatkan kembali selimutnya.

"Masih jam dua..."

(Namakamu) berusaha menggerakkan sedikit tubuhnya merapat kearah Iqbaal.

Bukannya mendapati tubuh Iqbaal, ia malah disuguhi pemandangan guling.
(Namakamu) hanya mampu menautkan alisnya.

'Tumben banget.' Kepalanya pun berusaha bertumpu pada gulingan, namun alangkah terkejutnya (Namakamu) setelah matanya menatap sebuah tangan mungil. Tangan itu terlihat meronta-ronta.

(Namakamu) berusaha berpikir, barangkali dirinya masih bermimpi.

Saat tangannya dengan cepat menarik guling, (Namakamu) langsung disambut dengan tarikan dari tangan mungil di bajunya.

"Pi..."

Bayi? ditempat tidurnya ada seorang bayi.

Tubuh mungil itu pun berbalik, dan kini tangan kecilnya tengah berusaha meraup wajah Iqbaal.

"Pi..."

Terlihat mata Iqbaal yang mulai mengerjap

Pria itu sedikit terkejut juga, namun tak berlangsung lama. Lain halnya dengan (Namakamu) yang benar-benar tak mampu berpikir. Ia hanya berusaha memberikan tatapan meminta penuh penjelasan kearah Iqbaal.

Iqbaal hanya mampu menghembuskan nafas beratnya. "Masih malem dek, kenapa udah bangun." Iqbaal pun memindahkan tubuh mungil itu keatas tubuhnya.

Tubuh Iqbaal sedikit bergeser, lebih mendekat lagi kearah (Namakamu). "Nanti aku jelasin ya sayang." Bisiknya pada (Namakamu). Dengan tangan yang tengah mengusap-usap punggung dede yang kini mulai kembali memejamkan matanya.

(Namakamu) hanya mampu mengangguk sambil pandangan matanya menatap kearah bayi mungil itu. Dan sesekali ia pun mendongak menatap kearah Iqbaal yang tengah serius mengusap punggung mungil itu.

Menyaksikan hal itu, mata (Namakamu) kembali terpejam. Dengan kepala yang menelusup didekat celekukan leher Iqbaal.

"Aku masih ngantuk Bay." Iqbaal pun merapihkan selimutnya pada (Namakamu).

"Tidur lagi ya."

Entah apa yang nanti harus Iqbaal jelaskan pada (Namakamu)?

***

Sesuai apa yang Iqbaal janjikan pada (Namakamu). Maka disinilah mereka sekarang, duduk di sofa dengan keadaan (Namakamu) yang bersandar pada Iqbaal.

Untuk beberapa saat keduanya memilih bungkam. Iqbaal tetap enggan untuk membuka suaranya.

Sesekali (Namakamu) mendongak untuk melihat mimik wajah Iqbaal.
Suaminya itu hanya dia, dan sesekali menghela nafas beratnya.

Hal itu mampu membuat (Namakamu) semakin dilanda kebingungan dan ada sedikit rasa was-was.

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang