Chapter 22

1.7K 202 10
                                    

Aku update lagi ini guys, kalau sempet aku hari ini double up deh ya...

Happy Reading.

***

Dengan wajah paniknya (Namakamu) hanya mampu terduduk di kursi depan ruang IGD. Tempat dimana Oma sedang mendapatkan penanganan. Ditemani Kevin dan juga Kenzo.

Sudah hampir 1 jam tetapi belum ada tanda-tanda dokter akan keluar. Selama itukah pemeriksaannya?

(Namakamu) benar-benar dibuat kalut, ia sungguh mengkhawatirkan keadaan sang oma.

Kevin dan Kenzo hanya mampu terdiam, dan mereka sedikit mengkhawatirkan keadaan (Namakamu). Kakak mereka tak pernah henti-hentinya menangis.

"Oma..." Lirih (Namakamu) sambil menangis tanpa suara.

Baru kali ini omanya sakit sama separah ini. Memang dulu juga Oma sempat melakukan rawat inap, tapi pemeriksaan tidak selama ini. Dan juga hanya dia malam lamanya. Jika sekarang? Entah akan berapa lama.

Dari kejauhan terdengar langkah kaki yang begitu terburu-buru, bahkan nyaris seperti berlari. Hal itu mampu mengalihkan tatapan Kenzo maupun Kevin, lain halnya dengan (Namakamu) tetap menangis.

"Bang Iqbaal." Ucapan dari Kevin sukses membuat (Namakamu) menyadari kehadiran suaminya.

Dengan susah payah (Namakamu) berusaha menghapus air matanya. Namun sayangnya tangisan itu semakin menjadi setelah Iqbaal berjongkok dihadapannya.

Dengan cepat Iqbaal meraih tangan (Namakamu), berusaha memberikan kekuatan pada istrinya. "Oma bakal baik-baik aja, percaya sama aku." Ujar Iqbaal dengan sorot mata yang saling beradu dengan (Namakamu). Iqbaal berusaha menyakinkan istrinya bahwa sang oma akan baik-baik saja.

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, dan dengan cepat berhambur kedalam pelukan Iqbaal yang sudah berdiri. Tangannya melingkar erat di pinggang Iqbaal. Tanpa sungkan (Namakamu) mulai menumpahkan tangisannya dalam pelukan Iqbaal.

"Aku takut..." Lirihan itu membuktikan seberapa khawatirnya (Namakamu) saat ini.

Iqbaal hanya mampu mengusap lembut pucuk kepala (Namakamu). Biarkan istrinya menangis, mungkin dengan begitu keadaannya bisa dikit lebih tenang.

"Enggak harus ada yang kamu takutkan." Iqbaal berusaha berbisik agar (Namakamu) bisa yakin bahwa omanya pasti baik-baik saja.

Iqbaal terus berujar beberapa kata agar istrinya itu bisa lebih tenang. Lama kelamaan tangisan dari (Namamu) mulai mereda.

Dengan cepat Iqbaal berusaha menghapus sisa-sisa air mata di pipi (Namakamu), Iqbaal pun memberikan kecupannya di dahi sang Istri. Iqbaal tahu seberapa rapuhnya (Namakamu) saat ini. Dulu saja ketika Kevin mengalami kecelakaan diam-diam dirinya akan menangis, begitu ketika Iqbaal dulu sempat jatuh sakit. Hampir setiap saat (Namakamu) selalu menangis.

Cklek...

Pintu ruangan itu pun terbuka, tak lama beberapa perawat dan dokter pun keluar silih bergantian.

Dengan di temani Iqbaal, (Namakamu) mencoba menghampiri sang dokter. Dirinya sudah tak bisa menunggu terlalu lama lagi.

"Keadaan Oma saya bagaimana Dok?" Seragamnya dengan cepat.

Iqbaal berusaha menenangkan (Namakamu) agar bisa memberikan waktu kepada Dokternya untuk bisa menjelaskan keadaan dari Oma.

"Sebaiknya, Anda ikut ke ruangan saya. Nanti saya jelaskan."

***

(Namakamu) hanya mampu terduduk sambil mengusap tangan Oma yang tidak terdapat selang infusan. Digenggamnya tangan itu, sesekali ia ciuman. Dari sejak awal masuk keruangan ini 1 jam yang lalu (Namakamu) tak pernah beranjak sedikit pun dari tempat duduknya.

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang