Chapter 46

1.3K 147 11
                                    

Loha guys...
Gimana kabarnya?
Maaf banget karena baru bisa next sekarang.

Semoga happy ya karena udah dapet notif dari Puput.

Happy Reading.

(Namakamu) hanya mampu memakan-makan yang telah Iqbaal ambilkan dalam diam.

Bahkan saat Iqbaal sudah memberikannya makanan pun belum ada sepatah kata pun yang (Namakamu) ucapkan.

Nafsu makannya memang sedikit menurun. Bahkan jika banyak yang (Namakamu) pikirkan, maka ia tidak akan memilik nafsu untuk makan sama sekali.
(Namakamu) akan mengganti jam makannya dengan memakan buah-buahan atau pun jus yang sengaja ia buat.

Baru setengah porsi yang (Namakamu) habiskan, tetapi (Namakamu) sudah menyudahi acara makannya.

Namun belum sempat ia menaruh piring diatas nakas, suara dari Iqbaal mampu membuatnya termenung beberapa saat.

"Kenapa nggak dihabiskan?"

Dengan cepat (Namakamu) pun menggelengkan kepalanya.

"Sudah kenyang. " Jawabnya dengan tangan yang kini berusaha meraih gelas yang kebetulan turut Iqbaal siapkan juga.

(Namakamu) meminum-minumannya sampai tandas tak tersisa. Menangis sebentar pun membuat tenggorokannya kering.

"Mau apalagi? Biar aku ambilkan." Iqbaal mengambil alih gelas dan piring kotor bekas (Namakamu) makan. Mungkin pria itu berniat menaruhnya ke dapur.

(Namakamu) yang merima tawaran dari Iqbaal pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Enggak ada, aku mau tidur aja."

Tanpa bersusah-susah mendengarkan respon Iqbaal, (Namakamu) langsung membalikkan badannya menjadi membelakangi Iqbaal.
Ia pun memejamkan matanya.
Berusaha untuk tertidur, mungkin dengan tertidur pikirannya akan sedikit lebih tenang.

Mungkin dengan ia tertidur pikirannya tak akan simpang siur kemana-mana, seperti saat ini contohnya. Pikirannya tertuju pada keadaan Al, sikap Iqbaal, dan perasaannya. (Namakamu) seperti selalu saja membuat kesalahan.

Saat tengah larut dalam pikirannya, tiba-tiba (Namakamu) merasa pergerakkan disamping ranjang. Hal itu mampu membuat kedua matanya kembali terbuka lebar.

Dengan gerakan pelan (Namakamu) membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Iqbaal yang baru akan bersiap untuk tertidur. Tangan suaminya itu sudah bersiap menarik selimut. Namun sayangnya gerakan itu terhenti ketika dia tahu bahwa (Namakamu) masih terjaga.

"Kok belum tidur?" Tanya Iqbaal, sambil berusaha kembali menegakkan tubuhnya dan memposisikan diri untuk bersandar di kepala ranjang.

"Belum..." Jawab (Namakamu) cepat.

"Kenapa?" Iqbaal berusaha menanyakan alasannya kembali.

Ini memang siang hari, tetapi menemani (Namakamu) tidur tak ada salahnya bukan? Karena tak memungkinkan untuk Iqbaal kembali ke kantor atau sekedar kembali ke rumah sakit. Rike sudah memperingatinya untuk menjaga (Namakamu), mungkin nanti sore baru Iqbaal akan kembali lagi ke rumah sakit.

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang