Chapter 38

1.1K 147 3
                                    

Semoga cerita ini juga bisa tuntas kaya dua cerita aku yang lainnya...

Jujur, sebagai penulis aku nggak se-konsisten itu buat up hampir tiap hari, atau nggak beberapa kali dalam seminggu, bisa juga satu minggu satu kali. Aku nggak se-konsisten itu... Kalau rajin ya bisa perminggu kalau enggak per-bulan juga bisa.

Tapi disini aku bakal janji sama kalian, selama apa kalian nunggu cerita-cerita aku---satu hal yang harus kalian ingat, aku bakal mengusahakan biar cerita-cerita aku bisa tuntas.

Panjang umur buat aku, pembaca dan ceritaku, cerita yang memakan waktu bertahun-tahun biar bisa dapet ending.

So, jangan pernah bosan buat menunggu cerita ini dilanjutkan ya guys...

Dan makasih juga dari jamannya per-iqnam rame sampe sekarang langka, kali tetap setia.

Sekian Puput sampaikan.

Happy Reading.

(Namakamu) benar-benar tak mampu menghentikan tangisannya. Semua penjelasan dari Iqbaal malah membuat hati (Namakamu) begitu terluka.

Anak kecil yang beberapa waktu lalu sempat dia curigai sebagai anak hasil perselingkuhan suaminya, ternyata memiliki jalan hidup yang begitu pahit.

"Nanti kalau abang udah besar, jadi anak baik ya bang. Bikin ibu abang bangga... Mami sayang abang."

Nyatanya air mata itu tetap mengalir, apalagi serang (Namakamu) tengah tertidur menyamping sambil menghadap kearah Al.

Iqbaal yang berada dibelakang (namakamu) hanya mampu mengusap-usap bahu istrinya.

"Kita rawat Abang sama-sama ya..." Bisik Iqbaal yang dibalas anggukan dari (Namakamu).

(Namakamu) berusaha menghapus air matanya, dan sebisa mungkin dia mencoba untuk tak terisak.

Takut jika suara tangisannya itu dapat membangunkan Al yang tengah tertidur dengan begitu tenang.

Sebenarnya posisi tidur setiap malam Al akan selalu berada ditengah-tengah antar (Namakamu) dan Iqbaal.
Sekarang ini Iqbaal hanya sedang menenangkan istrinya.

(Namakamu) mencoba mengusap perlahan pucuk kepala Al, lalu mulai mendekatkan tubuhnya.

Cup

Dengan rasa sayangnya (Namakamu) mencium pipi Al. "Gimana pun keadaannya, abang itu akan selalu jadi anaknya mami dan papi, abangnya adek." Bisiknya tepat ditelinga Al.

Suara itu terdengar begitu lemah, bahkan mungkin Iqbaal yang berada tepat dibelakang (Namakamu) saja tak akan mendengarnya.

Dan untuk beberapa saat secara bersamaan, (Namakamu) juga mengelus lembut perutnya yang masih cukup datar.

Bukannya berhenti menangis, bahu (Namakamu) malah bergetar hebat. Dengan gerakkan cepat, (Namakamu) pun membalikan tubuhnya.
Menelusup kan wajahnya dalam dada bidang Iqbaal.

Berharap dengan begitu, tangisannya akan tertelan dan tak akan mengganggu ketenangan Al juga.

Iqbaal hanya mampu mengusap punggung istrinya itu, sambil padangan yang tetap mengarah kepada Al.

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang