Chapter 31

1.2K 162 10
                                    

Sorry kalau ceritanya makin tambah kacau.

Happy Reading.
***

(Namakamu) hanya mampu membalasnya dengan senyuman, saat beberapa karyawan memberikan sapaan mereka.

"Siang Mbak... "

Dia benar-benar senang karena bisa datang ke kantor Iqbaal. Padahal dalam beberapa kesempatan harus Iqbaal paksa dulu baru mau.

Mana pernah (Namakamu) dengan sengaja menyempatkan waktu untuk berkunjung.

"Siang ibu (Namakamu)..."

Sebenarnya (Namakamu) bisa langsung masuk keruangan Iqbaal, tanpa perlu susah payah bertanya kepada sekretarisnya.

Tapi tak sopan juga, kalau harus lewat tanpa menyapa.

"Pak Iqbaalnya ada kan mbak Nisa?" Karena dari luar, suara yang ada dalam ruang tak akan pernah terdengar. Siapa tahu, Iqbaal bisa jadi sedang meeting.

Wanita yang diketahui Nisa itu pun berdiri dan langsung mendekat kearah (Namakamu).

"Ada kok bu, sedang ada tamu."

(Namakamu) hanya mangut-mangut, saat tahu jika di ruangan Iqbaal tengah ada tamu.

Tanpa berpikir lagi, ia pun langsung duduk di kursi tunggu yang beda tepat di dekat meja sekretaris.

Takutnya Iqbaal sedang membahas pekerjaan dengan klien-nya.

Mbak Nisa yang melihat itu pun langsung menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah istri bos-nya itu.

"Masuk aja bu, tamunya pak Bastian."

Pernyataan itu mampu membuat (Namakamu) kembali bangkit dari acara duduknya.

Jika tahu didalam itu Bastian, sudah sedari awal (Namakamu) menerobosnya.

"Kalau gitu saya masuk ya Mbak."

Tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu, sebelum tangan milik seseorang terlebih dahulu membuka nya.

(Namakamu) terkesiap, saat suara tangisan anak kecil kini juga mulai terdengar.

"Pi.... "

Lirih-an dari bayi mungil itu kecil, tetapi (Namakamu) mampu mendengarkannya.

"Lo Bas... "

Saat tahu orang yang mengendong anak kecil menangis itu Bastian, (Namakamu) benar-benar terkejut.

Bastian pun tidak kalah terkejutnya dengan (Namakamu), semua ini gara-gara Iqbaal.

Iqbaal yang membuat permasalahan tetapi Bastian yang harus mengatasinya.

"Hay bu bos... " Sapa Bastian kepada (Namakamu).

"Hiks... Pi... "

Bastian langsung menatap baik itu, menaruh lengannya didepan bibir. Berharap dengan gerakkan itu, dede mau untuk berhenti menangis.

Iqbaal yang berada didalam hanya mampu was-was.

Lalu Bastian langsung menampilkan deretan gigi putihnya, saat tangisan dede malah semakin menjadi.

Bastian merasa gemetar, takut (Namakamu) akan mencurigainya. Dan Bastia salah berucap. Bisa habis Iqbaal dan Bastian kalau sampai hal ini terjadi.

"Anak siap?" dengan gemasnya (Namakamu) malah memainkan pipi tembem dede dengan begitu lembutnya.

"Em itu anu---ini... Anak sepupu gue." Jawab Bastian yang merasa gugup.

(Namakamu) mengangguk. "Anak tampan nggak boleh nangis ya Dek." Ajaibnya bayi kecil itu langsung berhenti menangis, walau pun masih tetap memanyunkan bibirnya. Sepertinya dede sedang berusaha anggar tak menangis lagi.

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang