Chapter 11

5.2K 442 54
                                    

Aku up lagi ini....

Happy Reading.

***

"Terus rumah kamu gimana?"

Iqbaal hanya tersenyum menatap kearah (Namakamu). Dia tak perlu egois dalam hal ini.

"Nanti kita pindah kalau waktunya udah pas."

Iqbaal hanya bisa memeluk (Namakamu) dari samping dan memberikan usapan lembutnya pada punggung (Namakamu).

"Maaf malah jadi aku yang ngatur."

"Aku ngerti."

Entah mengapa (Namakamu) benar-benar merasa sangat dicintai. Iqbaal tak egois, dengan senang hati pria itu akan mengalah dan mengiyakan ucapan (Namakamu).

"Kamu beda Baal, lebih dewasa." Bisik (Namakamu) sambil memeluk Iqbaal erat dan menenggelamkan kepalanya di bahu Iqbaal.

"Udah jangan nangis lagi ya."

"Aku sedih karena Kevin bilang gitu."

(Namakamu) benar-benar menceritakan perihal Kevin kepada Iqbaal, semuanya. Termasuk bercerita tentang ia yang menangis karena ucapan yang Kevin lontarkan.

"Dia cuman sayang sama kakaknya, aku juga waktu teteh nikah gitu. Berat, apalagi aku saudaranya cuman teteh aja."

Ah, Iqbaal jadi ingat saat teh ody menikah dulu. Ia benar-benar bahagia dan ia juga merasakan seperti apa yang tengah Kevin rasakan sekarang.

"Kevin itu manja, aku tau banget dia. Beda sama Kenzo yang udah mandiri."

"Nanti juga Kevin sama kaya Kenzo, mandiri."

(Namakamu) sudah lega, untung dengan setianya Iqbaal mau mendengarkan cerita darinya.

"Aku lega sekarang, makasih Baal. Maaf ngerepotin kamu."

"Sama-sama, aku malah seneng kamu mau cerita ke aku."

"KAKAK ngapain Bang Iqbaal ke rumah? Bukannya gak dibolehin sama oma. Kok bis---.

"Emmn... Jangan bilang-bilang oma ya dek."

***

"Hiks....undaaaa."

Tangisan gadis kecil itu menggema di setiap sudut rumah.
Bahkan sang bunda dengan cepat langsung menghampirinya.

"Kenapa Ara?"

"Dalah unda."

Ara menunjuk pada lututnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Kok bisa sayang."
Dengan cepat Fildza menggendong Ara dan masuk kedalam rumah.

"Kanapa teh?"

"Jatuh kayanya Bun."

Fildza pun mendudukkan Ara disamping bunda Rike.

"Sama oma dulu, bunda ambil p3k dulu ya sayang."

Dengan sesenggukan nya Ara mengangguk dan susah payah menghapus air matanya.

Fildza pun pergi meninggalkan Ara dan sang oma, Rike.

"Kok bisa jatuh? "

"Es klim oma."

Rike pun hanya menautkan kedua alisnya dan menatap Ara penuh tanya.

"Mau beli es krim?"

Ara pun mengangguk.

"Astaga Ara, mau keluar rumah ya? Gak boleh sayang. Kalau mau es krim minta sama bunda."

"Unda masak, Om Ale gak auu...Oma."

Unexcepted Wedding (IDR)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang