Malam ini adalah malam kedua saya dan Rahma menginap di rumah ibu untuk membantu ibu mempersiapkan pernikahan Fariz dengan Arum yang akan dilaksanakan dua hari lagi. "Duh, pengantin laki-laki kita kenapa mukanya tegang gitu, sih?" kata kakak perempuan saya, kak Ica, sambil masuk ke dalam kamar Fariz yang sedikit terbuka. Sebenarnya, nama asli kak Ica adalah Anisya, tapi saya suka memanggilnya kak Ica.
Malam ini, saya sedang bersama Fariz di kamarnya. Menemani Fariz yang sedang gugup sekaligus antusias. Sebelum ada kak Ica, saya hanya berdua saja dengan Fariz karena Rahma sedang sibuk membantu ibu. Padahal, ibu sudah melarangnya dan menyuruhnya untuk beristirahat atau ikut dengan saya mengobrol bersama Fariz di kamar, tapi Rahma kekeuh ingin membantu ibu.
Saya yang duduk di bangku biasa tempatnya bekerja pun menyahuti perkataan kak Ica. "Iya, nih. Kayak kanebo kering mukanya," cibir saya. Kak Ica tertawa sembari duduk di tepi kasur, di samping Fariz.
"Bukan gitu. Tapi, gimana, ya? Rasanya tuh, ya, gitu. Kayak kalian tidak pernah merasakan aja," kata Fariz. Tidak biasanya Fariz segugup itu.
"Oh iya, kak Ica pernah dengar kalau Arum menyukai Fahri? Benarkah itu?" tanya kak Ica. Fariz mengangguk. Saya ikut mengangguk. "Kalau begitu, apa Arum sekarang sudah benar-benar melupakan Fahri dan sungguh mencintai Fariz? Secara kan, Fahri cinta pertamanya Arum," kata kak Ica. Tidak ada komentar dari saya dan Fariz atas perkataan kak Ica.
Satu menit tidak ada tanggapan dari kami berdua. Kak Ica dipanggil ibu karena anaknya terbangun dari tidurnya dan menangis, mencari-cari ibunya. Akhirnya, kak Ica keluar dari kamar Fariz tanpa mendapatkan tanggapan apa-apa dari kami berdua. Setelah kak Ica pergi, saya melihat ke arah Fariz dan memperhatikannya.
"Kenapa lo?" Fariz bertanya sambil menatap saya dengan waspada.
"Saya ingin memastikan kamu baik-baik saja, Riz. Kamu tidak tersinggung dengan perkataan kak Ica, kan?" ucap saya.
Fariz tersenyum kecut. "Untuk apa gue tersinggung, Dan?" katanya. "Perkataan kak Ica memang benar. Tapi, gue nggak ragu sama sekali dengan Arum. Gue percaya dia. Kenyataan Arum yang sudah melupakan lo dan ingat gue, gue percaya dan yakin, kalau Arum sudah menerima kehadiran gue dihatinya," jelas Fariz. Saya mengangguk.
"Ramdan," panggil Fariz.
"Kenapa?"
"Misal aja nih, ya! Misal!" katanya. Saya mengangguk sambil menunggu lanjutannya. "Misalnya, gue mengalami kecelakaan sehari sebelum pernikahan dan gue koma sampai waktu akad di mulai ...,"
"Kamu ngomong apa sih, Riz? Kalau ngomong tuh, yang bener. Jangan ngawur gitu!" potong saya.
"Kan, gue udah bilang. Misalnya, Dan, misal!" kata Fariz. "Sebagai saudara kembar gue, Lo bersedia menggantikan gue di pelaminan?" Fariz menatap saya dengan serius. "Lagian kan, nanti nggak ada yang tau kalau itu lo atau gue yang lagi duduk di pelaminan. Karena kita kembar."
"Entahlah. Saya tidak bisa menjawabnya. Itu terlalu sulit, Riz," kata saya. "Ada hati yang harus saya jaga. Kamu sangat mencintai Arum, jadi kamu harus menikahinya, apapun yang terjadi," lanjut saya.
"Kan, misalnya saja, Ramdan. Gue tau, lo nggak bisa nyakitin Rahma. Gue juga tau, lo nggak mau Rahma merasa sedih dan sebagainya. Tapi, Ramdan. Gue nggak bisa bikin keluarga kita malu, keluarga Arum malu. Terutama, gue nggak mau bikin Arum kecewa," kata Fariz.
"Tapi, saya tidak bisa, Fariz. Terlalu berat bagi saya untuk melakukannya. Saya tidak bisa membayangkan Rahma tersakiti karena saya menikah lagi demi kamu. Saya juga sudah berjanji, kalau Rahma adalah satu-satunya istri saya dan wanita saya. Tidak ada lagi wanita lain selain Rahma. Jadi, saya tidak bisa." Saya beranjak dari bangku yang saya duduki. Saya sudah tidak bisa menemani Fariz untuk mengobrol. Pembicaraan yang kami bicarakan sudah di luar jalur yang semestinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/222393672-288-k497121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Духовные[Pilihan Hati season 1 SELESAI] [Pilihan Hati season 2 on going] *** Karena kamu adalah pilihan hati saya. -Fahri Muhammad Ramdan *** DON'T COPY MY STORIES, PLEASE! Copy Right April 2020 dan 8 Oktober 2023 @egy_rosmawati Ditulis dengan nama pena: am...